Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten-emiten di sektor industri semen bakal tetap menantang selepas kuartal I-2025 selama tren permintaan semen di dalam negeri tak kunjung membaik.
Sebagai informasi, penjualan semen nasional pada kuartal I-2025 tercatat sebanyak 13,16 juta ton atau turun 7,8% secara tahunan atau year on year (yoy) serta turun 25,9% secara kuartalan atau quarter on quarter (qoq).
Bila dirinci, penjualan semen curah mengalami penurunan paling tajam, yakni 15,3% yoy menjadi 3,72 juta ton pada kuartal I-2025. Permintaan semen melemah secara luas di seluruh wilayah Indonesia. Penjualan semen curah di Jawa turun 4,1% yoy dan wilayah non Jawa turut terkontraksi 30,4% yoy pada tiga bulan pertama 2025.
Kalimantan menjadi wilayah yang paling terpukul, lantaran mengalami penurunan penjualan semen curah hingga 36,9% yoy. Sebagian besar penyebab penurunan tersebut adalah keterlambatan progres proyek IKN Nusantara.
Volume penjualan semen dalam kantong tercatat sebanyak 9,44 juta ton pada kuartal I-2025 atau turun 4,4% yoy. Penurunan penjualan semen dalam kantong lebih terasa di Jawa yakni mencapai 8% yoy. Sebaliknya, penjualan di wilayah non-Jawa hanya turun -1,2% yoy.
Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) Kantongi Laba Rp 48,96 Miliar Sepanjang Kuartal I-2025
Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga menyampaikan, kinerja penjualan semen yang lemah cukup dipengaruhi oleh cuaca hujan berkepanjangan dan berkurangnya hari kerja efektif yang disebabkan oleh hari libur umum yang padat dan periode Ramadan serta Idulfitri yang bergeser ke kuartal pertama, sehingga mereduksi aktivitas konstruksi.
Meski pasar lesu, Aditya menyoroti kemampuan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang mampu memperkuat pangsa pasarnya menjadi 30,7% per Maret 2025, dibandingkan dengan 29,5% pada dua bulan pertama 2025.
Sebaliknya, pangsa pasar PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) merosot menjadi 46% per akhir Maret 2025, dibandingkan dengan akhir Februari lalu di level 48% di 2M25).
"Hal ini mencerminkan kontraksi volume penjualan dan melemahnya kontribusi segmen semen kantong SMGR yang tertekan oleh permintaan ritel yang menurun," tulis Aditya dalam riset yang dirilis Rabu (21/5).
Dia juga menyebut, INTP juga menghadapi tantangan seiring penurunan volume penjualan sebesar 5,9% yoy pada kuartal I-2025 yang didorong oleh penurunan pada semen kantong dan semen curah.
Dalam berita sebelumnya, Corporate Secretary Indocement Tunggal Prakarsa Dani Handajani tetap yakin dengan prospek kinerja INTP sepanjang tahun ini. Untuk menjaga kinerjanya, INTP terus melakukan pengendalian biaya pengeluaran yang ketat.
INTP juga terus mendorong efisiensi operasional melalui berbagai langkah, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas konsumsi bahan bakar alternatif di Kompleks Pabrik Grobogan, Jawa Tengah dari 10 ton per jam menjadi 40 ton per jam.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih Semen Indonesia (SMGR) Turun di Kuartal I-2025
“Kami berharap fasilitas terbaru ini akan selesai pada semester II-2025,” imbuh Dani, Jumat (9/5) lalu.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Edvisor Provina Visindo Praska Putrantyo mengatakan, tantangan yang dihadapi emiten semen cukup berat selepas kuartal pertama. Salah satunya adalah volatilitas harga batubara, mengingat komoditas ini menjadi salah satu bahan baku produksi semen. Sentimen tersebut di atas kertas dapat menekan margin laba emiten semen di tengah kelebihan pasokan yang terjadi di pasar.
"Efisiensi biaya untuk infrastruktur seperti IKN bisa menekan volume material semen untuk pembangunan, meski diharapkan masih ada proyek-proyek infrastruktur lain dari pemerintah yang dapat meningkatkan permintaan semen," ungkap Praska, Kamis (22/5).
Di sisi lain, penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) diharapkan dapat mendongkrak penjualan properti residensial yang kemudian meningkatkan kebutuhan semen, sehingga menguntungkan bagi emiten produsen semen.
Aditya memperkirakan, permintaan semen akan pulih ketika cuaca yang lebih panas kembali, sehingga mendukung peningkatan aktivitas konstruksi. Maka itu, dia yakin emiten semen bisa meraih hasil kinerja yang lebih baik pada kuartal II-2025 dan kuartal III-2025.
"Kami perkirakan pertumbuhan volume penjualan semen nasional di kisaran 0,5% sampai 1% pada 2025 dengan pemotongan anggaran pemerintah membatasi potensi kenaikan," jelas Aditya.
Dengan adanya sejumlah tantangan di industri semen, Phintraco Sekuritas memasang peringkat netral untuk saham emiten semen. Namun, Aditya tetap merekomendasikan beli saham INTP dengan target harga Rp 6.500 per saham seiring valuasi yang dipandang menarik.
Praska juga menilai, saham INTP masih menarik dipantau investor dengan target jangka menengah dan panjang di level Rp 7.400 per saham.
Selanjutnya: Ralph Lauren Lampaui Ekspektasi Laba Kuartalan, Tapi Beri Proyeksi Hati-hati
Menarik Dibaca: 4 Cara Memanjangkan Bulu Mata Secara Alami Tanpa Perlu Extension ke Salon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News