Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah dana kelolaan atawa asset under management (AUM) industri reksadana turun pada bulan September 2022. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AUM reksadana pada bulan September sebesar Rp 533,92 triliun. Angka tersebut turun 2,04% atau sekitar Rp 10,92 triliun dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 544,84 triliun.
Hanif Mantiq, Chief Marketing Officer STAR Asset Management mengatakan, jenis reksadana dengan profil risiko lebih rendah yaitu pendapatan tetap dan pasar uang mengalami penurunan AUM yang paling signifikan. Penurunan AUM pada bulan September 2022 masing-masing reksadana tersebut Rp 5 triliun dan Rp 4 triliun.
"Penurunan ini disebabkan oleh penurunan unit penyertaan dan tertekannya performa reksadana akibat sentimen negatif dari global dan domestik," ujar Hanif kepada Kontan.co.id, Jumat (14/10).
Baca Juga: Jumlah Investor Pasar Modal Terus Bertambah
Selain itu terdapat juga perubahan peraturan OJK mengenai PAYDI yang menyebabkan nasabah asuransi menarik investasinya dari reksadana ke discretionary fund. Berdasarkan unit penyertaan (UP), reksadana dengan profil risiko yang lebih tinggi seperti saham dan campuran mencatatkan penurunan unit penyertaan yang paling dalam.
Hal ini dianggap wajar mengingat pasar dibayangi oleh sejumlah sentimen negatif dari global dan domestik seperti resesi, inflasi dan kenaikan suku bunga, sehingga unit penyertaan kedua jenis reksadana tersebut juga terdampak oleh sentimen yang ada di pasar.
Berdasarkan Infovesta Fund Index, kinerja reksadana sepanjang bulan September 2022 adalah reksadana saham turun 1.51%, reksadana Campuran turun 0.96%, reksadana pendapatan tetap turun 0.84%, reksadana pasar uang naik 0.18%.
Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Turun Rp 10 Triliun di Bulan September
Hanif mengatakan kinerja reksadana tersebut sejalan dengan profil risiko dari masing-masing reksadana di saat pasar sedang menghadapi volatilitas yang cukup tinggi. Prospek kinerja reksadana masih dibayangi sejumlah sentimen negatif mulai dari risiko resesi, inflasi hingga potensi kenaikan suku bunga global dan Indonesia.
Dengan semakin tingginya ketidakpastian di pasar, STAR AM melihat potensi pergerakan reksadana saham pada akhir tahun ini sudah semakin terbatas dengan target IHSG berada di level 7.100 pada akhir tahun 2022.
Sedangkan untuk reksadana pendapatan tetap dan pasar uang, potensi imbal hasil reksadana adalah masing-masing sebesar 4%-5% per tahun dan 6%-7% per tahun.
Baca Juga: Investor Reksadana Wajib Simak 4 Strategi Investasi Ini
Hanif mengatakan pelaku pasar masih mencermati isu global terkait dengan potensi resesi, inflasi, dan kenaikan suku bunga. Sedangkan dari sisi domestik kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinilai dapat memberikan dampak negatif bagi profitabilitas perusahaan.
Namun begitu, dengan adanya social safety net dari pemerintah sebesar Rp 24.2 triliun diharapkan dampak negatif akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak bersubsidi dapat diminimalisir.
Di lain sisi, sentimen economy reopening dan harga komoditas terutama batubara yang masih tinggi menjadikan Indonesia sebagai negara dengan posisi yang relatif lebih kuat dibandingkan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News