kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar gugup, Wall Street terseret saham sektor energi dan perawatan kesehatan


Selasa, 07 Januari 2020 / 23:08 WIB
Pasar gugup, Wall Street terseret saham sektor energi dan perawatan kesehatan
ILUSTRASI. Setelah ditutup lebih tinggi pada hari Senin (6/1) dan stabil pada pembukaan perdagangan hari ini, Wall Street kehilangan momentum lagi.. REUTERS/Bryan R Smith


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks acuan Wall Street jatuh pada perdagangan Selasa (7/1), terseret oleh saham energi dan perawatan kesehatan. Pasar tampaknya tengah gugup menunggu perkembangan lebih lanjut tentang konflik Amerika Serikat (AS)-Iran.

Melansir dari Reuters, pukul 10:21 pagi waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 74,66 poin, atau 0,26 %, pada 28.628,72, dan S&P 500 turun 7,42 poin atau 0,23 % pada 3.238,86. Sedangkan, Nasdaq Composite naik 2,63 poin atau 0,03 % pada 9.074,09.

Baca Juga: Indeks S&P 500 dan Dow Jones dibuka terkoreksi, Selasa (7/1)

Saham sektor energi turun 0,9% karena harga minyak terkoreksi setelah mencapai rekor pada sesi sebelumnya. Sementara, sektor perawatan kesehatan turun 0,6%, dipimpin oleh saham Merck yang terpukul oleh beragam hasil uji coba obat kanker fase 3.

Pasar saham telah mencoba untuk menghilangkan kekhawatiran dari meningkatnya ketegangan antara Washington dan Teheran setelah terbunuhnya seorang jenderal Iran pekan lalu oleh Amerika Serikat.

Baca Juga: AS-Iran panas, bursa Asia bergairah sementara harga minyak melempem

Setelah ditutup lebih tinggi pada hari Senin (6/1) dan stabil pada pembukaan perdagangan hari ini, saham AS kehilangan momentum lagi.

"Alasan mengapa kami sedikit negatif di sini jelas adalah ketegangan di Timur Tengah dan kebisingan yang muncul di sekitarnya," kata Phil Blancato, kepala eksekutif Ladenburg Thalmann Asset Management dilansir dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×