Reporter: Rashif Usman | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan energi terbarukan menjadi salah satu topik utama dalam ajang Conference of Parties 29 United Climate Change Conference (COP29 UNFCCC) atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa ke-29 di Kota Baku, Azerbaijan yang berlangsung dari tanggal 11–22 November 2024 lalu.
Pasar global saat ini tampaknya memprioritaskan produk yang dihasilkan dengan dukungan dari energi hijau. Tren ini memicu berbagai perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan keberlanjutan, termasuk emiten di Indonesia yang mulai serius menggarap bisnis energi hijau.
Terbaru, salah satu langkah strategis datang dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), emiten batu bara milik konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir. Perusahaan ini telah mengubah namanya menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk untuk menegaskan komitmennya terhadap bisnis energi hijau dan berkelanjutan.
Langkah ini mengikuti jejak PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN), emiten milik Prajogo Pangestu. Sebelumnya bernama PT Barito Cahaya Nusantara, perusahaan ini didirikan pada 2018 dan telah lebih dahulu bertransformasi untuk fokus pada pengembangan energi terbarukan.
Dorongan untuk mengadopsi energi hijau juga tercermin dalam dinamika pasar modal Indonesia melalui keberadaan Indeks Sri Kehati. Indeks ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan yang berkomitmen pada prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat 1,65%, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Selasa (26/11)
Prospek Emiten di Indeks Sri Kehati
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan indeks Sri Kehati memiliki prospek yang cerah ke depannya karena mencerminkan kinerja saham dari perusahaan yang berkomitmen pada keberlanjutan ESG.
Dengan meningkatnya kesadaran global terhadap pentingnya adopsi energi hijau dan praktik bisnis berkelanjutan, emiten dalam indeks ini memiliki daya tarik yang tinggi, terutama bagi investor institusi yang memiliki mandat ESG.
"Tren ini dapat meningkatkan likuiditas saham-saham dalam indeks Sri Kehati serta menciptakan peluang pertumbuhan kinerja saham dalam jangka panjang," kata Hendra kepada Kontan, Senin (25/11).
Selain itu, perusahaan yang tergabung dalam indeks ini cenderung memiliki risiko reputasi yang lebih rendah, sehingga lebih diminati oleh investor konservatif.
Hendra menjelaskan di antara saham-saham yang tergabung dalam Indeks SRI-KEHATI, beberapa yang menonjol adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Baca Juga: Cek Rekomendasi Teknikal JSMR, JPFA, dan PTBA Untuk Selasa (26/11)
Menurut dia, BBCA, sebagai bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia dikenal karena stabilitasnya yang menjadikannya favorit di kalangan investor institusi.
Sementara itu, TLKM mencatatkan kinerja positif berkat inovasi berkelanjutan di sektor digital, sembari tetap berkomitmen pada aspek keberlanjutan. Salah satu langkah penting TLKM ialah upayanya mengurangi jejak karbon dalam operasional perusahaan.
"Saham-saham ini tidak hanya memberikan stabilitas, tetapi juga berpotensi menawarkan imbal hasil jangka panjang yang menarik," tutur Hendra.
Terkait dengan ADRO dan BREN, lanjutnya, keduanya saat ini belum termasuk dalam Indeks Sri Kehati. Pasalnya, proses seleksi indeks tersebut ketat dan memerlukan waktu untuk menilai implementasi ESG dari setiap perusahaan.
Hendra menuturkan meskipun ADRO telah mengumumkan perubahan fokus ke bisnis energi hijau melalui rebranding menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk, pendapatan utamanya masih berasal dari batu bara. Hal ini dinilai kurang selaras dengan prinsip-prinsip ESG.
Baca Juga: IHSG Melonjak 1,65% ke 7.314 Senin (25/11), Sektor Keuangan Melaju Kencang
Di sisi lain, PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) yang secara jelas berfokus pada energi terbarukan merupakan pemain baru di pasar modal. Menurut Hendra, BREN kemungkinan membutuhkan waktu untuk membuktikan konsistensinya dalam menerapkan standar ESG sebelum dapat dipertimbangkan untuk masuk ke dalam indeks berbasis keberlanjutan seperti indeks Sri Kehati.
Hendra merekomendasikan untuk buy saham BBCA dengan target harga Rp 10.800 dan mencermati saham TLKM di target harga Rp 2.980. Selain itu, ia juga merekomendasikan untuk trading buy saham ADRO dengan target harga Rp 3.900 dan speculative buy saham BREN di target harga Rp 7.600.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan indeks Sri Kehati merupakan salah satu indeks yang menarik karena berfokus pada Sustainable Responsible Investment (SRI), yang mencakup emiten-emiten dengan perhatian terhadap lingkungan dan tata kelola perusahaan yang baik.
"Secara prospek, indeks ini cukup menarik," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Senin (25/11).
Baca Juga: Indeks Nikkei Jepang Ditutup Menguat Senin (25/11), Didukung Data Positif dari AS
Meskipun indeks ini terlihat menarik secara keseluruhan, penting untuk menganalisis lebih dalam masing-masing emiten yang tergabung di dalamnya. Pasalnya, sektor tempat emiten beroperasi juga turut memengaruhi pergerakan sahamnya.
Nico menjelaskan bahwa beberapa saham di indeks tersebut seperti BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, BBNI, ICBP, UNTR, INDF, ANTM, JSMR, BBTN, JPFA, SIDO, AUTO, KLBF dan AVIA menunjukkan prospek yang positif, baik dari segi sektor maupun emiten.
"Prospeknya secara sektor maupun emitennya masih cukup positif, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang," ucap Nico.
Nico mengungkapkan ADRO dan BREN belum memenuhi kriteria Indeks Sri Kehati, sehingga perlu perbaikan berkelanjutan untuk menerapkan prinsip SRI yang mencakup aspek ESG. Indeks ini mensyaratkan lima nilai utama seperti keanekaragaman, keberlanjutan, keadilan, keberpihakan dan kepercayaan.
Baca Juga: Balik Arah, Reksadana Saham Pimpin Penguatan Sepekan, Ini 5 Terbaiknya
Nico merekomendasikan untuk mencermati saham BBCA dengan target harga Rp 12.000, BBRI di target harga 5.600, BBNI pada target harga Rp 6.450, BMRI pada target harga Rp 8.000, UNTR pada target Rp 31.650, INDF pada target harga Rp 9.000, ICBP pada target harga Rp 14.550, AUTO pada target harga RP 2.900, TLKM pada target harga Rp 3.600 dan JSMR pada target harga Rp 6.500.
Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan prospek indeks ini tentunya masih cukup menarik, apalagi minat investor baik secara global dan domestik masih akan terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
"Secara beriringan, para emiten juga akan berlomba-lomba untuk menjadi perusahaan yang memenuhi kaidah ESG untuk memikat para investor," jelas Fajar kepada Kontan, Senin (25/11).
Fajar menambahkan bahwa ADRO dan BREN, yang sudah memiliki bisnis di bidang energi hijau, hanya tinggal menunggu waktu untuk memenuhi kriteria dan masuk ke dalam indeks ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News