kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar finansial tidak terguncang


Jumat, 20 Desember 2013 / 08:27 WIB
Pasar finansial tidak terguncang
ILUSTRASI. Nonton Overlord Season 4 Episode 5, Streaming Sub Indo Resmi di iQIYI, Bstation, dll


Reporter: Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana, Veri Nurhansyah Tragistina, Dina Farisah, Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) akhirnya memutuskan untuk memangkas stimulus moneter Amerika Serikat (AS) mulai Januari 2014. Nilai yang dipangkas sebesar US$ 10 miliar, sehingga, stimulus yang semula senilai US$ 85 miliar akan turun menjadi US$ 75 miliar per bulan.

Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures mengatakan, hasil rapat FOMC sesuai dengan ekspektasi pasar. Lantaran nilai yang dipangkas juga minim, dampaknya terhadap pasar finansial di dalam negeri pun tidak terlalu dahsyat.  Bahkan pasar saham dan obligasi relatif naik. Berikut ulasannya:     

Rupiah

Pasangan USD/IDR di pasar spot, Kamis (19/12), menguat 0,34% menjadi 12.209 dibanding sehari sebelumnya. Ini performa terburuk rupiah sejak Februari 2008. Sementara, dollar AS di kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,33% menjadi 12.191.

Albertus bilang, rupiah memang masih tertekan pasca keputusan FOMC. Namun, pelemahan tidak terlalu dalam lantaran dollar AS juga tidak menguat tajam. Pernyataan  pemimpin The Fed, Ben Bernanke yang tetap mempertahankan suku bunga di level rendah, berhasil meredam penguatan dollar lebih tinggi.  

Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri berpendapat, sisa stimulus AS senilai US$ 75 miliar masih terbilang besar dan itu masih memberikan likuiditas dollar AS  yang cukup besar di pasar global. "Sehingga dampak pengumuman The Fed sekarang ini tidak besar terhadap pelemahan rupiah,” kata Reny.

Reny memperkirakan, setelah pengumuman The Fed, sampai akhir tahun ini, rupiah akan cenderung bergerak datar di rentang 11.700-12.100. Namun, rupiah berpotensi kembali melanjutkan koreksi di 2014. Kondisi ekonomi  AS yang diperkirakan semakin membaik akan membuat pengurangan stimulus moneter dilanjutkan dalam jumlah yang lebih besar.

Proyeksi Albertus, hari ini, rupiah masih akan melemah terbatas karena masih terimbas kebijakan The Fed. Hari ini, pasangan USD/IDR berada di kisaran 12.175-12.315. Prediksi Reny, USD/IDR di rentang 11.900-12.100, hari ini.

Saham

Investor saham menyambut positif keputusan FOMC. Ini tercermin dari bursa saham domestik yang ditutup di zona hijau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kemarin, menguat 0,85% menjadi 4.231,98.

Tjandra Lienandjaja, Deputi Kepala Riset Mandiri Sekuritas bilang, pasar saham tidak terdampak keputusan FOMC lantaran pengurangan stimulus AS hanya US$ 10 miliar. Ini mengindikasikan likuiditas dari AS masih cukup besar.

Di sisi lain, level IHSG saat ini sudah mengasumsikan faktor pengurangan stimulus ekonomi AS. Ia memprediksi, IHSG sampai akhir tahun bisa mencapai level 4.300-4.400. "Sementara hingga April 2014 atau sebelum pemilu, IHSG bisa menyentuh 4.800. Setelah itu, pasar akan melihat siapa pemimpin baru yang terpilih," ujar Tjandra.  

Obligasi

Pasar obligasi domestik pun menyambut positif kebijakan The Fed. Ini tercermin dari indeks harga surat utang negara (SUN) yang naik. Di sisi lain, risiko berinvestasi di dalam negeri turun.

Indeks SUN di indeks Inter Dealer Market Association (IDMA), kemarin, bertengger di level 95,68 atau naik 0,14% dibanding sehari sebelumnya. Beberapa harga SUN acuan juga terkerek. Semisal, harga SUN seri FR0065, kemarin, menguat 0,16% menjadi 78,72. Yield surat utang bertenor 20 tahun ini otomatis turun dari 8,97% menjadi 8,95%.

Premi risiko investasi di Indonesia pun turun tercermin dari credit default swap (CDS) yang melandai. Kamis (19/12), CDS Indonesia tenor lima tahun turun 2,98% menjadi 211,83 dibanding sehari sebelumnya. Sedangkan, CDS Indonesia tenor 10 tahun turun 2,11% menjadi 278,61.

Ariawan, analis Sucorinvest Central Gani menuturkan, pemangkasan stimulus AS sufah tidak lagi mengejutkan pasar. Pasar obligasi sudah tertekan cukup dalam selama ketidakpastian berlangsung.

Ia menduga, yield obligasi acuan akan turun antara 50 basis poin sampai 75 basis poin sepanjang tahun depan. Itu mungkin terjadi apabila kurs rupiah sedikit menguat ke level 11.000-an per dollar AS dan inflasi lebih melandai di kisaran 5,3%, serta BI rate turun di rentang 7%-7,25%

Herbie Perdana Mohede, Bond Fund Manager PT Samuel Aset Manajemen  menyarankan, pada kondisi saat ini investor untuk masuk ke obligasi tenor pendek.  "Valuasi yield spread SUN yang masih cukup besar jika dibandingkan dengan US treasury, akan  membuat pasar obligasi domestik masih menarik di tahun depan," imbuh Handy Yunianto, Head of Fixed income Research PT Mandiri Sekuritas.

Komoditas

Pergerakan harga komoditas-komoditas utama dunia juga tidak terlalu terpengaruh keputusan FOMC. Ambil contoh, harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Januari 2014, di Nymex, kemarin, hanya turun 0,01% menjadi US$ 97,79 per barel dibanding sehari sebelumnya.

Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, koreksi pasar komoditas hanya terpicu oleh penguatan dollar AS saja. Selebihnya, pasar sudah membaca pengurangan stimulus menunjukkan ekonomi AS sedang pulih. Kondisi ini justru berpotensi membuat harga komoditas terangkat, terpicu optimisme prospek permintaan komoditas energi akan semakin membaik.

Tapi memang, komoditas yang paling terlihat terkena dampak pemangkasan stimulus moneter AS adalah emas. Harga emas untuk kontrak pengiriman Februari 2014 di Comex, kemarin, terkoreksi 2,48% menjadi US$ 1.235 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Sedangkan, harga emas batangan Aneka Tambang (Antam) ukuran satu gram hanya turun Rp 1.000 menjadi Rp 528.000 per gram.   

"Ke depan, komoditas selain emas kemungkinan besar ada potensi rebound. Tapi harga emas di 2014 kemungkinan besar akan datar dan bahkan bisa tertekan," kata Ariston.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures menuturkan, pola pergerakan emas sampai saat ini belum lepas dari tren pelemahan. "Ada potensi tahun depan emas bisa melemah ke US$ 1.100 per ons troi atau bahkan lebih," kata Nizar.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×