Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Kendati pasar modal mengalami tekanan, namun pemerintah belum berencana merevisi jadwal penerbitan obligasi negara ritel (ORI) seri 10 yang disebut dengan ORI010. Menurut jadwal awal, ORI baru ini akan ditawarkan pada 20 September hingga 4 Oktober 2013.
Pemerintah akan menetapkan kupon pada 18 September. Pemerintah akan menerbitkan obligasi ritel ini dengan tenor tiga tahun dan akan jatuh tempo pada 15 Oktober 2016."Jadwal penerbitan ORI masih on schedule," kata Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Selasa (20/8).
Manajer investasi juga bersiap melirik instrumen ini untuk dikemas dalam reksadana. BNI Asset Management, salah satunya berencana menerbitkan reksadana terproteksi dengan aset dasar ORI010 ini.
Harris S.Dalimunthe, Head of Marketing and Settlement Division BNI Asset Management mengatakan, pihaknya akan mengambil instrumen ini apabila memberikan kupon di atas 7,25%. "Kami harus menghitung-hitung return yang bisa diberikan kepada investor nanti. Sebab kupon yang diberikan ORI010 nantinya masih harus dipotong fee penjual oleh agen penjual," kata Harris.
Menurut Harris, kupon diatas 7,25% cukup mepet bagi investor. Apalagi suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang saat ini di level 6,5%, diperkirakan berpotensi kembali naik.
Kondisi itu ikut mendorong suku bunga deposito naik. Padahal saat ini suku bunga deposito sudah naik menjadi 6,25% dari sebelumnya yang berada di posisi 5,5%.
Semakin kecil selisih atau spread antara kupon ORI010 dengan suku bunga deposito, akan menyebabkan ORI kurang menarik. "Karena itu kalau BI rate kembali naik di bulan September, kupon 7,25% untuk ORI010 menjadi kurang menarik. Paling tidak kupon ORI harus di atas itu," tutur Harris.
Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management menduga kupon ORI akan ditetapkan di kisaran 7,5% hingga 8,5% untuk menarik investor. Estimasi tersebut mempertimbangkan imbal hasil SUN bertenor 3 tahun di angka sekitar 6,5% hingga 7%. "Selain itu sejumlah bank pun sudah mulai menaikkan bunga deposito sehingga ORI juga harus bisa memberikan imbal hasil riil di atas deposito," ujar dia.
Bahkan, imbal hasil SUN seri FR0055 bertenor 3 tahun kemarin ditutup ke angka tertinggi sepanjang tahun di posisi 7,55%. Sedangkan imbal hasil rata-rata dalam tiga bulan terakhir mencapai 6,94%.
Desmon memperkirakan, permintaan ORI akan mencapai Rp 10 triliun atau Rp 15 triliun. "Pemerintah juga akan memaksimalkan penyerapan dari ORI ini sehubungan dengan naiknya target defisit yang membuat pemerintah harus cukup besar menarik utang," tutur dia.
Pemerintah sudah menunjuk 20 agen penjual yang terdiri dari 17 bank dan tiga perusahaan sekuritas. Investor bisa melakukan pemesanan ORI010 dengan nilai nominal per unit Rp 1 juta. Minimum pemesanan ditetapkan Rp 5 juta dan kelipatan Rp 5 juta. Sedangkan maksimum pemesanan Rp 3 miliar.
Seperti tahun sebelumnya, kali ini pemerintah juga menetapkan ketentuan minimum holding period (MHP) satu kali pembayaran kupon. Artinya, investor baru bisa melepas instrumen ini ke pasar sekunder setelah masa MHP. Pembayaran kupon pertama akan dilakukan pada 15 November 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News