Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri pasar kripto dunia kembali jadi buah bibir dalam beberapa waktu terakhir. Pasalnya, harga sang raja kripto, Bitcoin, mencatat level tertingginya di sepanjang 2019.
Berdasarkan data Coinmarketcap.com, tiga hari pasca libur Lebaran atau pada Rabu (12/6), mata uang kripto yang dibuat pada tahun 2009 itu sudah tembus US$ 8.189,92 per BTC. Jika dirupiahkan, harga BTC sekitar Rp 116,12 juta per koin (US$ 1=Rp 14.180).
Dilihat secara historis, harga BTC itu naik sekitar 118% dari awal tahun. Kendati demikian, harga ini masih jauh dari level rekor tertinggi Bitcoin yang terjadi pada Desember 2017 lalu. Pada waktu itu, Bitcoin diperdagangkan di kisaran level US$ 13.000US$ 20.000.
Eloknya, bukan hanya harganya yang mendaki, kapitalisasi pasar BTC pun terus membengkak. Masih mengutip Coinmarket, pada periode yang sama, total kapitalisasi pasar BTC mencapai US$ 141,621 miliar atau naik 116% dibandingkan awal tahun ini.
Dan, pada Kamis pekan lalu (20/6), harga BTC sudah menyentuh angka $9.251,97 atau setara Rp 131,17 juta dengan kapitalisasi pasar sebesar US$ 164,405 miliar.
Menurut Christopher Tahir, Analis Cryptowatch Asia, Bitcoin sedang membentuk tren penguatan harga. Penyebabnya, dana mulai keluar dari pasar modal akibat tingginya tingkat volatilitas di pasar. Lalu, dana tersebut mengalir ke aset safe haven seperti emas dan yen, plus ke pasar kripto, khususnya Bitcoin.
Pendapat Christopher diamini oleh Gabriel Ray, CEO bursa kripto Triv.co.id dan Tpro.co.id. Menurut dia, saat ini tren pasar kripto sedang memasuki masa bullish. Bahkan, bullish market kali ini dinilai berbeda dengan sebelumnya, di mana saat ini pertumbuhan yang terjadi lebih organik dan lebih sustainable.
Hal tersebut, sambung Gabriel, bisa dilihat dengan semakin banyaknya pemain besar yang masuk ke industri kripto. Pada Selasa pekan lalu (18/6), perusahaan jejaring sosial Facebook telah meluncurkan mata uang digital bernama Libra. Informasi saja, koin Libra akan dikelola oleh Libra Association, yang terdiri dari perusahaan finansial dan perusahaan dagang dunia.
Untuk bergabung dalam Libra Association, perusahaan mitra harus berkontribusi minimal US$ 10 juta. Konglomerasi global yang telah bergabung dalam asosiasi itu antara lain, Mastercard, PayPal, eBay, dan perusahaan aset kripto Coinbase.
Sesuai rencana, Libra ditargetkan siap digunakan untuk bertransaksi pada semester pertama 2020 mendatang. Ini benar-benar interesting time untuk BTC pada tahun 2020, ujar Gabriel.
Vinsensius Sitepu, Pengamat kripto berpendapat, penerbitan mata uang kripto Libra tidak memantik banyak pembelian Bitcoin. Tapi, setidaknya Libra telah memantik kesadaran banyak orang tentang teknologi blockchain yang menjadi tulang punggung aset kripto yang tidak diterbitkan oleh Pemerintah, ungkap Vinsensius.
Menurut Vinsensius, ada faktor lain yang ikut menopang pergerakan harga BTC. Salah satunya, platform cryptocurrency Bakkt akan mulai menguji produk pertamanya, Bitcoin futures atau Bitcoin berjangka fisik pada 22 Juli 2019. Rencana ini telah diumumkan di blog Bakkt pada 13 Juni lalu.
Sejatinya, Bakkt memang dirancang untuk memfasilitasi perdagangan dan memperkuat fundamental Bitcoin. Menurut manajemen Bakkt, kerjasama dengan perusahaan raksasa seperti Microsoft dan Starbucks akan mempermudah Bitcoin untuk digunakan secara massal di industri kripto dunia.
Ikut menggeliat
Mengekor kondisi global, industri kripto di Indonesia juga tampak bergeliat pasca libur Lebaran. Paling tidak, hal ini bisa dilihat dari transaksi pasar mata uang digital yang tercatat di bursa aset kripto Indodax, exchange pioneer di Indonesia dengan jumlah member terbanyak hingga saat ini.
Menurut catatan Oscar Darmawan, Chief Executive Officer (CEO) Indodax, skala volume transaksi uang kripto di perusahaannya terus meningkat. Dia mencontohkan, volume transaksi uang kripto pada awal Juni hingga pasca libur Lebaran naik hingga 36,2%.
Ini terhitung dari dua hari sebelum Lebaran hingga empat hari setelah Lebaran. Dalam sepekan, transaksi kripto di Indodax sudah lebih Rp 100 miliar per hari, katanya.
Hanya saja, menurut Oscar, pada periode tersebut, sebagian besar investor lebih banyak melakukan aksi jual ketimbang beli. Karena tingginya kebutuhan masyarakat saat Lebaran, sebagian besar trader cenderung menjual aset digital mereka. Kebetulan Lebaran ini nilai aset kripto cukup tinggi, imbuh Oscar.
Berprospek cerah
Sejumlah pengamat juga berpendapat, kenaikan Bitcoin ikut mempengaruhi pergerakan mata uang kripto lainnya. Menurut Vinsensius, BTC layaknya dolar AS bagi aset kripto lainnya (altcoin). Ketika harga Bitcoin naik, biasanya diikuti oleh kenaikan altcoin yang berkapitalisasi besar seperti Ripple (XRP), Ether (ETH), Litecoin (LTC) dan lain-lain.
Tetapi, sejumlah altcoin (berkapitalisasi pasar lebih kecil) bisa naik lebih tinggi, tergantung progres dari pengembangan adopsi aset kripto itu sendiri, papar Vinsensius.
Lalu, bagaimana strategi yang aman bagi investor menyikapi kenaikan Bitcoin? Gabriel menyarankan, ketika harga Bitcoin naik, investor sebaiknya mengoleksi aset kripto yang sudah popular di pasar. Sebab, saat harga BTC naik, aset altcoin juga akan ikut naik, walaupun tidak setinggi harga BTC. Jadi, jangan memegang koin kripto yang tidak jelas, katanya.
Sedangkan Oscar menyarankan investor menerapkan strategi sederhana jika berinvestasi di aset kripto. Misalnya, membeli mata uang kripto di posisi harga terendah, lalu dijual saat harganya meroket. Jika aplikasi strategi tersebut benar, maka aset digital dapat menjadi investasi aset tambahan.
Memang, Gabriel mengakui, tidak ada seorang pun yang bisa memprediksi timing market harga aset kripto, terutama BTC, dengan sempurna. Tapi, dia merekomendasikan agar investor melakukan hold BTC untuk jangka panjang. Sebab, cara itu akan jauh lebih menguntungkan investor dibandingkan mencoba trading atau melakukan timing the market.
Yang pasti, Gabriel tetap optimistis, prospek harga aset kripto masih akan cerah ke depannya. Alasannya, ya itu tadi, saat ini aset kripto sudah memasuki masa bullish trend, bukan lagi bear market. Dengan begitu, kenaikan aset kripto masih akan terjadi secara bertahap.
Untuk Bitcoin, hingga akhir tahun ini ekspektasi saya harganya di atas US$ 10.000 per koin, tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News