kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PANR bidik pertumbuhan 20% pada 2017


Sabtu, 15 April 2017 / 16:00 WIB
PANR bidik pertumbuhan 20% pada 2017


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Panorama Sentrawisata Tbk terus memperkuat tiga lini bisnis utama. Emiten dengan kode PANR ini mengelola bisnis perjalanan wisata dan penunjang pariwisata serta bisnis transportasi, hospitality serta jasa konvensi. Bisnis perjalanan wisata masih menjadi penopang utama pendapatan PANR.

Sektor wisata menjadi pilar utama dari emiten ini. Target pemerintah membidik 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 ini memberi peluang yang menarik bagi PANR.

Vice President Brand & Communication PANR AB Sadewa mengatakan, Panorama menggaet 150.000 wisatawan asing ke Indonesia tahun lalu. "Tahun ini kami menargetkan 180.000 wisman," ujar Sadewa kepada KONTAN, Rabu (12/4).

Turis asing ini berasal dari hampir seluruh belahan dunia, di antaranya Eropa Barat, Eropa Timur, Rusia, Skandinavia, Amerika Utara, Timur Tengah, Tiongkok, Asia Selatan dan negara-negara ASEAN. "Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan pendapatan 20%," kata Sadewa.

Penjualan paket wisata menjadi andalan PANR pada bisnis travel and leisure, yaitu layanan jasa bagi pelancong Indonesia yang hendak bepergian ke luar negeri maupun wisata di Indonesia. Selain menawarkan paket wisata, di bisnis ini, PANR menyediakan penjualan tiket perjalanan, pemesanan kamar hotel maupun corporate travel.

Untuk memperkuat lini bisnis, PANR bekerja sama dengan Japan Travel Bureau (JTB) Pte Lte. PANR mengalihkan 30,10% saham anak usaha, PT Panorama Tour Indonesia (PTI) ke JTB.

PTI merupakan perusahan yang mengelola bisnis travel and leisure. "Dengan menjual ke JTB, kami membangun perusahaan baru PT Panorama JTB Tours Indonesia. Kami akan meningkatkan market sharedistribution channel offline dan online, kata Sadewa.

Dia menambahkan, JTB merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata kelas dunia yang sudah berpengalaman sekitar 100 tahun. JTB memiliki 491 kantor yang tersebar di 34 negara di seluruh dunia.

PANR menggarap bisnis transportasi lewat PT Weha Transportasi Indonesia Tbk (WEHA). PANR memiliki 44,91% saham WEHA. Bisnis ini melayani jasa angkutan wisata di pulau Jawa, Bali dan Sumatra. "Setelah divestasi WEHA, bisnis ini menjadi pilar bisnis," ungkap Sadewa.

WEHA tak cuma menawarkan transportasi pariwisata. Emiten sektor jasa ini juga menyediakan jasa transportasi untuk kegiatan korporasi, antarjemput anak sekolah atau karyawan dan lainnya. Ada tiga jenis armada yang dimiliki WEHA, yaitu big busmicro bus dan mini bus.

Paling baru, PANR masuk ke sektor hospitality. Hal ini dilakukan dalam rangka menyiapkan dan mengantisipasi kenaikan permintaan akomodasi yang berkualitas di daerah tujuan wisata dan kota-kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif. "Kami baru memiliki satu hotel di Yogyakarta, yaitu The 1O1," ungkap Sadewa.

Sadewa bilang, pihaknya akan akan terus mengakusisi hotel. Tapi ia merahasiakan jumlah hotel yang masuk target akuisisi. PANR juga bekerja sama dengan Carlson Rezidor Hotel Grup untuk bersama-sama mengembangkan dan mengelola hotel di Indonesia, dengan merek Radisson dan Park Inn by Radisson. Kedua pihak akan mengembangkan hotel ini di berbagai tujuan wisata di kota-kota berkembang.

Sepanjang tahun lalu, PANR membukukan pendapatan Rp 2,13 triliun. Bisnis perjalanan wisata menghasilkan Rp 2,10 triliun atau 97,90% dari total pendapatan PANR. Sedangkan jasa transportasi dan jasa konvensi masing-masing berkontribusi 1,19% dan 0,88% pada pendapatan PANR.

Meski menghasilkan kontribusi tinggi, bisnis perjalanan wisata hanya memiliki margin laba usaha 4,58%, jauh lebih rendah ketimbang margin laba usaha bisnis jasa transportasi, yakni 45,91%. Sedangkan bisnis jasa konvensi masih mencetak rugi usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×