kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,16   -5,20   -0.56%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi membuat pendapatan Yelooo Intergra Datanet (YELO) anjlok 93,9% pada 2020


Selasa, 02 Maret 2021 / 21:59 WIB
Pandemi membuat pendapatan Yelooo Intergra Datanet (YELO) anjlok 93,9% pada 2020
ILUSTRASI. Pencatatan perdana saham Slack di NYSE


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) membukukan pendapatan Rp 2,27 miliar sepanjang 2020. Realisasi ini merosot 93,9% dari pendapatan tahun 2019 yang mencapai Rp 37,49 miliar.

Wewy Suwanto, Direktur Utama PT Yelooo Integra Datanet Tbk menjelaskan, penurunan pendapatan ini tidak terlepas dari penyebaran pandemi. Akibatnya, perjalanan luar negeri menjadi terhambat, dan tidak sedikit negara yang memberlakukan pelarangan perjalanan (travel banned). Hal ini kemudian berdampak pada bisnis penyewaan modem milik YELO.

“Pandemi ini begitu ganasnya. Yang sangat terpukul adalah bisnis pariwisata, hotel, penginapan, sehingga berdampak ke perseroan,” terang Wewy saat public expose insidentil, Selasa (2/3).

Mengutip laporan keuangan YELO, penurunan pendapatan tertinggi berasal dari segmen kuota internet dan penyewaan modem yang turun sebesar 94,3% dari sebelumnya Rp 38,64 miliar menjadi Rp 2,19 miliar di akhir 2020.

Akibat merosotnya pendapatan, laba bersih YELO juga ikut tergerus. Emiten yang juga tenar dengan nama Passpood ini menderita rugi bersih senilai Rp 40,19 miliar dari sebelumnya membukukan laba senilai Rp 1,30 miliar.

Baca Juga: Dari 8 emiten yang akan rights issue, analis: Tiga saham ini yang menarik dieksekusi

Total aset YELO juga turun sebesar 41,7%, dari Rp 83,5 miliar per 31 Desember 2019 menjadi Rp 48,7 miliar per 31 Desember 2020. Hal ini terutama disebabkan tergerusnya  kas dan bank, uang muka dan aset tetap perseroan.

Total liabilitas YELO meningkat 303,5% , dari Rp 1,7 miliar menjadi Rp 6,7 miliar per 31 Desember 2020. Kenaikan ini terutama disebabkan naiknya utang usaha dan beban yang masih harus dibayar perseroan.

Adapun total ekuitas YELO menurun drastis sebesar 48,8%, dari semula Rp 81,9 miliar per 31 Desember 2019 menjadi Rp 41,9 miliar per 31 Desember 2020. 

Wewy menyebut, turunnya ekuitas terutama disebabkan adanya kerugian bersih selama tahun 2020 sebesar Rp 40,2 miliar.

Tahun ini, YELO  belum memiliki rencana untuk mengalokasikan belanja modal atau capex. Sebab, manajemen masih mempelajari kondisi yang ada selama pandemi. 

Wewy mengatakan, berdasarkan informasi internal, pemulihan perjalanan yang bersifat leisure traveler tidak secepat yang diharapkan.

Sebab, masih banyak negara yang membatasi kedatangan internasional. Wewy bilang, saat ini masyarakat Indonesia hanya bisa berpergian ke beberapa Negara seperti Turki dan UAE (Dubai).

“YELO melihat 2021 belum ada recovery dan belum ada ekspansi serta capex di tahun ini,” pungkas Wewy.  

Selanjutnya: Saham-saham ini naik signifikan, investor perlu hati-hati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×