Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pesona batu akik kian memancar. Berbagai kalangan mulai dari masyarakat umum hingga publik figur kini gandrung mengenakan cincin maupun gelang dari batu beragam warna ini. Banyak alasan yang menyebabkan masyarakat menggemari akik.
Selain warna yang memikat, akik dinilai bisa menambah rasa percaya diri penggunanya. Tak heran, popularitas akik melejit belakangan ini. Antusias penggemar akik terlihat di salah satu sentra batu akik di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
Saat KONTAN menyambangi kawasan itu, toko-toko pedagang dipenuhi pengunjung. Reska Febri, pemilik Toko Berlian Star, mengaku, belakangan ini, pengunjung yang datang mencari batu akik meningkat dibanding sebelumnya. "Sejak tren akik kembali santer, toko tidak pernah sepi. Penggemar yang datang tak cuma pria, tapi juga wanita dari berbagai usia," tuturnya.
Reska bilang, penggemar batu akik sudah ada sejak dulu. Nah, belakangan ini, akik lebih populer lantaran banyak penggemar baru, termasuk kalangan anak muda.
Menurutnya, tidak ada acuan harga akik. Harganya merupakan hasil kesepakatan antara penjual dengan pembeli. "Harga akik tergantung jenis, berkisar Rp 500.000 hingga puluhan juta," ujarnya.
Berjualan batu akik ini menawarkan untung menggiurkan. Pembeli yang sudah terpikat pada salah satu akik, bakal rela merogoh kocek ratusan juta untuk memiliki batu incarannya.
Saat ini, Reska mengaku, bisa meraup untung minimal 20% dari satu akik. Pedagang akik lain, Samsul membuka kios di Pasar Segar, Depok. Pasar ini baru diresmikan dua pekan lalu dan akan menjadi pusat niaga batu akik di Depok.
Saat ini, sekitar 100 pedagang menawarkan akik di sentra tersebut. Saat KONTAN menyambangi sentra ini, Kamis (15/1), sejumlah pedagang terlihat sibuk menggosok batu akik.
Dengan cara ini, menurut Samsul, batu akik bisa lebih mengilap. Beragam jenis batu akik tersedia di sentra ini. Seperti, batu Aceh idocrase, batu giok, batu bacan, batu kalimaya, batu solar hingga biosolar. "Saat ini batu yang sedang populer jenis solar dari Aceh, karena baru memenangkan kontes pada akhir Desember," ujar pemilik Toko Gemstone Hamima ini.
Asal tahu saja, komunitas Indonesia Gemstone rutin mengadakan kontes batu akik. Kriteria pemenang ditentukan dari tingkat kejernihan dan warna batu. Semakin jernih dan besar ukuran batu, harga makin fantastis.
Di tokonya, Samsul menjual satu batu giok seharga Rp 500.000 hingga Rp 2 juta. Sementara, batu solar mulai Rp 1 juta sampai ratusan juta, tergantung ukuran, warna dan kejernihan.
Selain batu siap pakai, ia juga melego batu bongkahan. Harganya mulai dari Rp 400.000 per ons. Saban hari, ia bisa mengantongi omzet hingga jutaan rupiah.
Bahkan, di akhir pekan, pengunjung melonjak, bisa meraup lebih dari Rp 10 juta. Samsul memasok batu akik dari Rawa Bening, Jakarta Timur. Bahkan, untuk mendapatkan batu yang unik, tak jarang ia berburu sampai ke luar daerah, seperti Sukabumi dan Aceh.
Ronald, pedagang akik lain di Pasar Segar bilang, selain dengan digosok, warna akik bisa semakin kinclong bila terus menerus digunakan. "Panas tubuh penggunanya akan mengalir ke batu, sehingga membuat warnanya kian kinclong," tutur pria yang sudah menggeluti bisnis akik sejak tahun 1993 ini.
Bukan untuk investasi Selain digunakan sehari-hari, akik kerap menjadi koleksi. Komar, kolektor akik di Jakarta mengaku, bisa mendulang cuan besar saat melego hasil koleksinya. Maklum, ia menjual akik kepada sesama penggemar akik. "Saya akan melepas koleksi akik, jika ada yang menawar dengan harga tinggi. Minimal untung 50% baru saya lepas," ujarnya.
Noval, kolektor akik yang juga berdomisili di Jakarta memiliki target sendiri. Ia baru mau melepas koleksinya apabila sudah untung dua kali lipat. Ia biasa menjual akik melalui media interaksi, seperti Kaskus. "Dengan makin banyak penggemar akik, penawaran yang masuk semakin banyak, makanya saya pasang harga tinggi," ungkapnya.
Namun, tidak semua batu bisa menjadi investasi. Hanya batu solar dan bacan, lantaran dari sisi suplai sudah jarang. "Membutuhkan waktu ratusan tahun untuk memproses batu ini," imbuhnya.
Iskandar Husein, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Perhiasan Emas dan Permata Indonesia (Apepi), menyebutkan, tidak semua batu mulia bisa menjadi investasi. Instrumen investasi harus memiliki patokan harga.
"Hanya batu mulia yang dilelang di balai lelang internasional, seperti Christie, yang memiliki nilai investasi tinggi," katanya. Sementara, harga batu akik berfluktuasi tergantung pada penawaran dan permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News