kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.857   51,00   0,30%
  • IDX 6.665   51,08   0,77%
  • KOMPAS100 962   9,64   1,01%
  • LQ45 749   7,30   0,98%
  • ISSI 212   1,35   0,64%
  • IDX30 389   3,65   0,95%
  • IDXHIDIV20 468   3,39   0,73%
  • IDX80 109   1,15   1,07%
  • IDXV30 115   1,36   1,20%
  • IDXQ30 128   1,01   0,79%

Pam Mineral (NICL) Bidik Kenaikan Produksi dan Penjualan Nikel pada 2025


Jumat, 25 April 2025 / 06:51 WIB
Pam Mineral (NICL) Bidik Kenaikan Produksi dan Penjualan Nikel pada 2025
ILUSTRASI. Pam Mineral (NICL) berupaya mempertahankan kinerja usahanya di tengah harga komoditas nikel yang masih bergerak volatil sepanjang tahun 2025.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pertambangan nikel, PT Pam Mineral Tbk (NICL) berupaya mempertahankan kinerja usahanya di tengah harga komoditas nikel yang masih bergerak volatil sepanjang tahun 2025 berjalan.

Direktur Utama Pam Mineral Ruddy Tanaka menyampaikan, harga nikel di pasar global tampak mulai memasuki fase penurunan sejak awal 2025 sebagai imbas kelebihan pasokan di berbagai tambang nikel di seluruh dunia. 

“Rendahnya permintaan dari China dan tingginya stok nikel global telah menghambat investasi baru di industri ini,” ujar dia dalam paparan publik virtual, Kamis (24/4).

Belum lagi, saat ini sedang berlangsung perang tarif yang diawali oleh kebijakan tarif impor terbaru dari Amerika Serikat (AS). Berkaca dari situ, Ruddy melihat bahwa harga nikel global kini sudah kembali seperti dahulu yakni di level kisaran US$ 15.000 per ton.

Baca Juga: Pemerintah Masih Godok Regulasi Kelapa Bulat

Peluang bagi para pelaku usaha, termasuk NICL, untuk tetap mencetak kinerja positif tetap terbuka. Di dalam negeri, agenda hilirisasi berbasis nikel masih terus berjalan secara intensif di beberapa daerah. Kebutuhan nikel saat ini pun lebih banyak ditujukan untuk pembuatan baja atau stainless steel.

NICL juga menanti perkembangan lebih lanjut dari hilirisasi baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang tentu bakal membutuhkan pasokan bijih nikel yang cukup besar. “Untuk itu, kami tetap fokus pada hal-hal yang kami kerjakan, yakni efisiensi dan konservasi sumber daya,” kata Ruddy.

Pihak NICL sendiri berusaha meningkatkan kemampuan produksinya. Untuk tahun 2025, NICL menargetkan dapat memproduksi 809.875 wet metrik ton (wmt) nikel, sedangkan entitas anak usaha yaitu PT Indabakti Mustika diproyeksikan dapat memproduksi 1.798.791 wmt nikel. 

Apabila dijumlahkan, maka total proyeksi produksi nikel NICL dan entitas anak usaha mencapai 2,61 juta wmt. Sebagai pembanding, pada 2024 lalu NICL dan Indabakti Mustika memproduksi 1,96 wmt nikel.

NICL dan entitas anak usaha juga menargetkan dapat menjual sebanyak 2.608.666 ton ore nikel dengan kadar 1,3—1,65% Ni pada 2025, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu yakni sebanyak 2,3 juta ton ore nikel.

NICL sendiri melakukan aktivitas penambangan nikel di Kabupaten Morowali dan Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Selain fokus mengoptimalkan produksi dan penjualan, NICL juga berupaya menuntaskan proses akuisisi tambang milik PT Sumber Mineral Abadi. Emiten ini telah menjalani proses akuisisi sejak tahun lalu dan kini sedang menunggu persetujuan dari Kementerian ESDM. Adapun dana yang dikeluarkan NICL untuk akuisisi saham Sumber Mineral Abadi berada di kisaran Rp 300 miliar.

“Kami targetkan akuisisi ini bisa selesai pada tahun ini,” kata Ruddy.

Dihubungi terpisah, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila mengatakan, harga nikel di pasar global berpeluang pulih seiring adanya kemungkinan perang tarif yang mereda, sehingga dapat menarik kembali dana dari investor asing maupun lokal. Pada akhirnya, sentimen ini akan menguntungkan bagi kelangsungan usaha NICL pada masa mendatang, mengingat margin perusahaan tersebut bakal lebih stabil.

“Namun, perlu dipantau juga kebijakan-kebijakan domestik terkait komoditas minerba dan faktor eksternal juga masih bisa membayangi harga komoditas di kemudian hari,” jelas dia, Kamis (24/4).

Indy pun merekomendasikan trading buy saham NICL dengan target harga di kisaran Rp 490—500 per saham.

Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan speculative buy saham NICL di level support Rp 438 per saham dan resistance di level Rp 460 per saham, serta target harga di kisaran Rp 470—478 per saham.

Baca Juga: GGRP Membidik Target Moderat Tahun Ini

Selanjutnya: Pemerintah Masih Godok Regulasi Kelapa Bulat

Menarik Dibaca: Perlukah Punya Rekening Bersama Pasangan Setelah Menikah? Ini Jawabannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×