Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga komoditas paladium ditutup melemah setelah sempat reli pada awal pekan kemarin. Pelemahan ini terjadi seiring rilis data manufaktur China yang juga terkoreksi dari pencapaian bulan Desember 2016. Namun analis masih optimistis paladium punya kans untuk naik.
Mengutip Bloomberg, harga paladium kontrak pengiriman bulan Maret di New York Merchantile Exchange pada Jumat (3/2) ditutup turun 1,32% dari hari sebelumnya ke level US$ 749 per ons troi. Sedangkan, selama sepekan harga masih naik 1,41%.
Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka mengatakan, koreksi harga paladium terjadi karena pengaruh sajian data manufaktur China. Di bulan Januari, data manufaktur Caixin melemah dari 51,9 ke level 51,9. Memburuknya kondisi China d isisi lain juga telah melambungkan indeks dollar Amerika Serikat, sehingga menekan harga komoditas.
“Indeks dollar yang terus menguat menyebabkan harga komoditas termasuk paladium jatuh berguguran,” katanya, Minggu (5/2).
Meski begitu, Ibrahim masih melihat kans paladaium kembali menguat. Menurutnya, sejauh ini secara fundamental paladium tetap diwarnai sentimen positif. Dari sisi pasokan misalnya, tahun ini diperkirakan produksinya akan turun dibandingkan tahun 2016.
Produksi tambang di Afrika Selatan sebagai pemasok terbesar paladium diproyeksikan tidak mungkin melebihi hasil tahun lalu, karena persoalan tuntutan kenaikan upah dari para pekerjanya. Begitu juga dengan pasokan dari China. Negeri Tirai Bambu masih tetap memberlakukan pengurangan jam kerja dalam program reformasi komoditas di China.
“Sementara itu dari sisi permintaan berpotensi naik, karena membaiknya perekonomian di Amerika Serikat dan China,” timpalnya.
Penjualan mobil di China diyakini masih akan tetap melambung karena pemberlakukan insentif pajak yang kembali dilanjutkan tahun ini. Paladium digunakan sebagai catalytic converter dalam pembuatan mobil mereka. Sedangkan di AS, selain menggunakan paladium sebagai catalytic converter pada kendaraan yang diproduksi, peraturan emisi yang lebih ketat juga semakin meningkatkan permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News