kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Otot batubara semakin kendur


Kamis, 31 Maret 2016 / 08:48 WIB
Otot batubara semakin kendur


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Fundamental yang buruk menyebabkan harga batubara masih sulit terangkat. Meski kini harga komoditas tengah rebound, analis memprediksi harga batubara sepanjang pekan ini tetap dalam tren bearish.

Mengutip Bloomberg, Selasa (29/3) harga batubara kontrak pengiriman Mei 2016 di ICE Futures Europe tergerus 0,40% ke US$ 49,60 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sepekan terakhir, harga terkikis 0,10%.

Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka, menjelaskan, saat ini terjadi kelebihan pasokan gas alam di Amerika Serikat (AS). Pembangkit listrik juga lebih memilih gas alam dibandingkan batubara.

"AS akan menyusutkan pasokan gas alam terlebih dahulu karena lebih ramah lingkungan, berbeda dengan batubara," jelas Ibrahim. Memang saat ini harga komoditas tengah rebound akibat pelemahan USD. Efeknya, harga komoditas termasuk minyak bumi melambung.

"Hanya saja kenaikan harga minyak bukan jaminan batubara ikut terangkat," tutur Ibrahim. Harga komoditas hitam ini akan cenderung stagnan atau menahan kejatuhan lebih lanjut.

Impor menurun

Di sisi lain, Tiongkok memutuskan lebih memperhatikan kondisi cuaca. Negeri Panda tersebut menggalakkan program penurunan emisi dan menjaga udara lebih bersih.

"Tentu upaya ini bisa terpenuhi dengan mengurangi penggunaan batubara," tambah Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures. Menurut prediksi China Coal Industry Association, kebutuhan batubara Tiongkok tahun ini akan menurun 2% dibandingkan tahun 2015.

Sementara itu, laporan impor batubara Jepang bulan Februari 2016 anjlok 10,1% ketimbang bulan sebelumnya menjadi 15,43 juta ton. Begitu juga impor batubara Australia, yang merosot 14,6% menjadi 10 juta ton.

Tekanan harga batubara bisa terus berlanjut hingga pertengahan tahun 2016 nanti. Pasalnya, saat permintaan mengering, China Shenhua Energy Co, produsen batubara terbesar di Tiongkok malah berencana meningkatkan ekspor batubara miliknya hingga delapan kali lipat.

Diproyeksikan, Shenhua bisa mengekspor antara 5 juta ton-10 juta ton batubara ke Jepang dan Korea Selatan tahun ini. Padahal tahun lalu, Shenhua hanya mengekspor sekitar 1,2 juta ton.

Sedangkan katalis positif seperti pengurangan produksi oleh produsen dan kebutuhan batubara di Asia yang masih tinggi hanya akan menjaga level harga. Tapi tidak bisa mengangkat," papar Wahyu.

Ia memprediksi, harga komoditas hitam legam ini akan stagnan di level US$ 50 per metrik ton hingga akhir semester I-2016. Secara teknikal, moving average (MA) dan bollinger band bergerak 60% di atas bollinger bawah mengindikasikan harga mulai naik.

Hanya saja MACD di level 70% berpola downtrend. RSI dan stochastic wait and see. Ibrahim menebak ,harga batubara Kamis (31/3) di kisaran US$ 49,10 sampai US$ 50,10 dan sepekan di rentang US$ 48,60–US$ 50,60. Prediksi Wahyu, harga sepekan akan bertengger di US$ 49,00–US$ 50,00 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×