Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di hadapan sentimen kenaikan suku bunga The Federal Reserve dan reformasi pajak AS, harga emas berpotensi tertahan seiring optimisme menguatnya dollar.
Di pasar spot, harga emas Jumat (1/12) terapresiasi 0,44% ke level US$ 1.280 per ons troi. Sedangkan dalam setahun terakhir ini, harganya sudah terkerek 11,59% dari US$ 1.147.
Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menjelaskan bahwa dua kebijakan ekonomi dari AS ini menjadi sentimen utama yang bakal membuat emas koreksi.
Apalagi gubernur The Fed Janet Yellen dalam pidatonya pada Rabu (29/11) telah mengatakan bahwa walau inflasi AS terlihat lambat, namun kenaikan suku bunga bertahap di tahun depan tetap memungkinkan.
Sekadar mengingatkan, The Fed akan mengadakan satu pertemuan terakhir tahun ini pada 12-13 Desember mendatang di mana pasar mengharapkan kenaikan suku bunga bakal diumumkan pada rapat tersebut.
"Korelasinya, kalau kenaikan suku bunga berhasil, maka RUU Pajak bisa tembus, dollar bakal naik dan harga emas jadi terlalu mahal, sehingga investor lepas emas karena profit taking," jelas Deddy, Minggu (3/12).
Dalam jangka panjang, Deddy memperkirakan akhir tahun ini emas bakal mencapai rentang US$ 1.260 - US$ 1.300 per ons troi. Sedangkan untuk perdagangan esok, Deddy melihat potensi konsolidasi berdasar teknikal dan fundamental.
"Sentimen yang membayangi besok datang dari lolosnya RUU Pajak namun ada kondisi geopolitik yang menantikan rencana Korea Utara melancarkan uji coba misilnya melalui kapal selam," kata Deddy.
Secara teknikal, pola konsolidasi esok terlihat dari indikator moving average (MA) 50, dan MA 100 yang bergerak positif, namun MA 200 di rentang garis bawah. Ada pula indikator stochastic dan relative strength index melemah, namun moving average convergence divergence (MACD) di rentang penguatan.
Untuk pergerakan esok, Deddy memperkirakan emas akan berada di rentang US$ 1.290 - US$ 1,268.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News