Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi korporasi tengah berada dalam tren positif sepanjang tahun ini. Merujuk data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), kinerja obligasi korporasi yang tercermin dari INDOBex Corporate Total Return telah tumbuh 7,24% secara ytd. Return ini mengungguli kinerja obligasi negara yang tercermin dari INDOBeX Government Total Return yang hanya tumbuh 4,06%.
Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management mengatakan, kondisi pasar obligasi korporasi dari sisi peminat masih cukup banyak. Sementara secara kinerja, obligasi korporasi juga berhasil outperform obligasi pemerintah dari sisi total return secara year to date.
“(Obligasi korporasi) dari sisi pergerakan harga lebih stabil dan tingkat kupon memang lebih tinggi dari obligasi negara. Tapi tantangannya sisi supply obligasi korporasi masih terbatas, jadi ketika likuiditas meningkat dan peminatnya juga naik, sayang sisi supply belum catch up,” kata Dimas kepada Kontan.co.id, Selasa (31/8).
Oleh karena itu, kondisi pasar obligasi negara yang membaik diharapkan bisa menjadi katalis positif. Dimas melihat, kondisi fundamental saat ini mulai membaik bagi para perusahaan. Selain itu dengan yield yang bergerak turun, biaya penerbitan obligasi korporasi jauh bisa lebih murah dan kompetitif.
Menurut dia, dari segi minat saat ini banyak investor yang memburu obligasi korporasi untuk mengoptimalkan return. Sehingga amat disayangkan ketika likuiditas berlimpah, tapi supply justru terbatas dan membuat dana yang ada tidak terserap.
Senada, Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Asset Management Indonesia Ezra Nazula menilai pasar obligasi korporasi masih akan punya potensi yang menarik untuk tahun ini. Menurutnya, obligasi korporasi masih akan tetap suportif mengikuti tren obligasi pemerintah.
“Dengan likuiditas dalam negeri yang tinggi dan makin turunnya yield SUN maka investor akan diversifikasi ke obligasi korporasi untuk mendapatkan yield yang lebih tinggi. Sehingga demand yang besar akan menopang obligasi korporasi tahun ini,” imbuh Ezra.
Menurutnya, sektor yang bisa menjadi pilihan adalah sektor non-siklikal karena secara jangka panjang punya prospek yang menarik di tengah kondisi saat ini.
Ia melihat, sektor telekomunikasi punya potensi yang menjanjikan seiring penggunaan data yang tinggi. Selain itu, sektor konsumer juga tetap akan dibutuhkan sebagai basic needs sehingga tetap bisa jadi pilihan. Ditambah lagi ada sektor perbankan dan finansial yang akan masih menjadi fondasi dasar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News