CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Obligasi Pemerintah dan Reksadana Pendapatan Tetap Jadi Pilihan Investasi di 2023


Jumat, 16 Desember 2022 / 10:04 WIB
Obligasi Pemerintah dan Reksadana Pendapatan Tetap Jadi Pilihan Investasi di 2023
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana pendapatan tetap. KONTAN/Muradi/2015/03/09


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Commonwealth merekomendasikan obligasi pemerintah atau reksadana pendapatan tetap sebagai pilihan investasi untuk tahun 2023. Pasalnya, instrumen investasi yang masuk kelas aset pendapatan tetap ini lebih aman di tengah gejolak ekonomi global.

Sebagaimana diketahui, perekonomian dunia masih akan dibayangi inflasi yang tinggi sebagai dampak kenaikan harga komoditas, pengetatan kebijakan moneter bank sentral, hingga berlanjutnya konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Selain itu, kelas aset pendapatan tetap diprediksi dapat memberikan hasil yang maksimal.

Head of Research & Advisory Bank Commonwealth Thadly Chandra menjelaskan, di tengah gejolak ekonomi global, ekonomi Indonesia diperkirakan masih dapat tumbuh pada tahun 2023. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5%-5,3%.

Hal ini didukung oleh konsumsi swasta, investasi, dan tetap positifnya kinerja ekspor di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat.

Baca Juga: Prospek Reksadana di Tahun 2023 Diprediksi Cerah Meski AUM Terus Turun

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan prospek perekonomian global tahun 2023 yang diperkirakan berada pada kisaran 2,2%-2,7%.

Di sisi lain, koreksi pada kelas aset ekuitas dapat menjadi peluang bagi investor untuk mengakumulasi secara bertahap dengan metode dollar cost averaging.

"Saham blue chip dengan fundamental kuat dan reksa sana saham dapat menjadi pilihan investasi," ucap Thadly dalam keterangan tertulis, Kamis (15/12)

Thadly melanjutkan, pasar saham tetap menarik sebagai salah satu pilihan investasi seiring dengan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Perekonomian Indonesia akan ditopang harga komoditas yang tinggi, pembukaan kembali aktivitas ekonomi, dan peningkatan konsumsi masyarakat khususnya di sektor pariwisata.

Berdasarkan tren historis, pada saat inflasi meningkat dan terjadi risiko resesi, saham-saham blue chip dengan fundamental kuat seperti sektor konsumer dan perbankan memiliki kinerja yang tetap baik.

Sektor konsumer cenderung lebih resilience terhadap ancaman resesi karena masyarakat tetap memenuhi kebutuhan dasar.

Investor dengan profil risiko tinggi (agresif) yang berfokus pada pertumbuhan dapat mengoptimalkan porsi reksadana saham hingga 80% dari portofolio investasi.

Baca Juga: AUM Reksadana Lanjut Turun pada November 2022, Begini Prospeknya ke Depan

Kemudian, dinvestor dengan profil risiko sedang (moderat) dapat mengalokasikan 50% investasi di reksadana pendapatan tetap, 30% reksadana saham, dan 20% pasar uang.

Sementara itu investor dengan profil risiko rendah (konservatif) dapat mengalokasikan 60% investasi di reksadana pendapatan tetap, 30% pasar uang, dan 10% reksadana saham. Ia mengimbau investor tetap berhati-hati dalam menyusun portofolio investasi.

"Sebaiknya menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan. Investor juga dapat memanfaatkan aplikasi untuk memonitor portofolio investasi kapan pun dan di mana pun,” kataThadly.

Salah satunya adalah aplikasi wealth management dari Bank Commonwealth bernama CommBank SmartWealth. Aplikasi ini memiliki fitur 360? Portofolio yang memungkinkan investor memonitor portofolio investasi secara menyeluruh.

Lalu, ada fitur Smart Advisory yang memungkinkan investor mendapatkan informasi pasar dan rekomendasi dari ahli untuk mengoptimalkan kinerja portofolio. Ada juga AutoInvest untuk mencapai tujuan finansial, serta registrasi SID online dan transaksi investasi.

Per November 2022, CommBank SmartWealth mencatatkan pertumbuhan pengguna sebesar 62% dibandingkan dengan akhir tahun 2021. Sementara dari segi volume transaksi produk investasi, jumlahnya melesat lebih dari dua kali lipat pada periode yang sama.

Pilihan produk investasi di CommBank SmartWealth antara lain reksadana, obligasi negara (pasar sekunder), dan e-SBN (pasar perdana). Saat ini pengguna CommBank SmartWealth didominasi oleh generasi milenial dan gen Z.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×