kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   4,88   0.55%
  • EMAS1.365.000 -0,22%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Obligasi korporasi ramai di 2014


Selasa, 29 Oktober 2013 / 08:17 WIB
Obligasi korporasi ramai di 2014
ILUSTRASI. Ekonomi Amerika Serikat (AS) makin dekat ke jurang resesi. Ini setelah The Fed mengerek suku bunga 75 basis poin.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi di tahun depan diperkirakan bakal lebih semarak ketimbang tahun ini. Ini terlihat dari banyaknya obligasi yang bakal jatuh tempo di 2014.

Mandiri Sekuritas mencatat, obligasi korporasi dan sukuk yang jatuh tempo di tahun depan mencapai Rp 39,79 triliun. Angka itu belum termasuk medium term notes (MTN) yang jatuh tempo sebesar Rp 2,62 triliun dan US$ 45.000.

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas, menjelaskan, banyak perusahaan akan kembali menerbitkan obligasi dalam rangka refinancing. Selain itu, tren inflasi akan relatif melandai di tahun depan akan memperkecil biaya penerbitan obligasi (cost of fund), sehingga, perusahaan yang sempat menunda penerbitan obligasi di tahun ini, akan memilih menerbitkan surat utang di tahun depan.  

Selain itu, banyak perusahaan yang melakukan penawaran umum berkelanjutan (PUB) pada tahun ini dan nilai PUB di tahun ini masih relatif kecil. Dus, masih banyak perusahaan yang akan melanjutkan penerbitan PUB di tahun depan.

Multifinance menjadi sektor yang paling banyak memiliki nilai jatuh tempo obligasi terbesar di tahun depan yakni Rp 18,02 triliun. Sektor perbankan dan infrastruktur menempati posisi kedua dan ketiga masing-masing senilai Rp 10,04 triliun dan Rp 3,51 triliun (lihat tabel).   

Yield menurun

Meski tahun depan iklim politik di dalam negeri bakal memanas lantaran penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu), Ronald T Andi Kasim,  Presiden Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) optimistis, penerbitan obligasi korporasi di tahun depan setidaknya sama dengan tahun ini, yakni sekitar Rp 50 triliun. Per 25 Oktober 2013, penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 49,62 triliun.

Prediksi Handy, dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang sudah mereda akan menurunkan inflasi hingga ke kisaran 5% di tahun depan. Sehingga, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) diproyeksikan juga bakal turun, meski tidak signifikan. Seiring dengan hal tersebut, yield surat utang negara (SUN) seri acuan juga bakal makin turun dan harga bakal terkerek naik.

Mengutip Bloomberg, Senin (28/10), harga SUN acuan seri FR0066 bertenor lima tahun berada di level 94,877 dengan yield sebesar 6,572%. Sementara harga SUN seri FR0063 bertenor 10 tahun sebesar 91,069 dengan yield  6,919%. Handy memprediksi, yield SUN bertenor 10 tahun di akhir tahun ini akan berada di level 7,2%-7,3%. "Dengan telah mempertimbangkan kondisi politik di 2014, yield SUN seri ini di tahun depan akan turun ke level 7%," ujar dia.

Menurut Ronald, jika terjadi penurunan BI rate 25 hingga 50 basis poin, itu tidak akan banyak mempengaruhi pergerakan yield di tahun depan.  n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×