kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Obligasi korporasi jatuh tempo hingga akhir tahun mencapai Rp 26,3 triliun


Minggu, 19 Agustus 2018 / 13:32 WIB
Obligasi korporasi jatuh tempo hingga akhir tahun mencapai Rp 26,3 triliun
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Yoliawan H | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada Agustus hingga Desember tahun ini mencapai Rp 26,3 triliun. Hal itu berdasarkan data yang direkap oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Juni 2018.

Head of Debt Research Division PT Danareksa Sekuritas Amir A. Dalimunthe mengatakan jumlah obligasi jatuh tempo menjadi salah satu faktor pendorong menariknya penerbitan obligasi tahun ini. Obligasi tersebut sebagian berasal dari industri keuangan.

“Faktor lainnya yang berpengaruh signifikan terhadap suksesnya penerbitan obligasi korporasi adalah strategi pricing atau penentuan imbal hasil (yield). Para pelaku pasar masih mengantisipasi volatilitas dan potensi kenaikan imbal hasil di masa mendatang,” ujar Amir dalam keterangan persnya, Sabtu (18/8).

Selama Januari sampai Juli 2018, data KSEI mencatat, penerbitan obligasi korporasi baru sudah mencapai Rp 7 triliun. Kendati demikian, jumlah tersebut turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp 84,1 triliun.

Amir menjelaskan, jumlah obligasi korporasi yang jatuh tempo pada periode Agustus-Desember 2018 didominasi sektor keuangan sebesar Rp 20,7 triliun. Selain itu, sisa plafon penerbitan obligasi dengan skema Penawaran Umum Berkelanjutan atau PUB di sektor keuangan juga masih cukup besar sehingga meningkatkan potensi suplai obligasi dari industri keuangan.

“Ditambah lagi, emiten-emiten kelompok BUMN yang terkait dengan infrastruktur kemungkinan besar juga masih berpotensi masuk lagi ke pasar modal dengan merilis obligasi korporasi,” ujar Amir.

Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Juli 2018, total emisi obligasi dan sukuk korporasi baru yang tercatat sepanjang tahun ini mencapai 60 emisi dari 41 emiten dengan nilai menembus Rp 71,44 triliun.

Dengan demikian, total obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 624 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 402 triliun, diterbitkan oleh 112 emiten.

Di sisi lain, jumlah Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI mencapai 91 seri dengan nilai nominal Rp 2.224,71 triliun dan US$ 200 juta. Efek Beragun Aset (EBA) tercatat sebanyak 14 emisi senilai Rp 9,91 triliun.

Menurut Amir, pasar obligasi setidaknya akan mendapat tekanan dari beberapa sentimen baik dalam dan luar negeri, di antaranya kebijakan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) dan suku bunga acuan Bank Indonesia. Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau the Fed, pada rapat Federal Open Market Committee pada 31 Juli sampai 1 Agustus lalu akhirnya mengumumkan mempertahankan kisaran target FFR tetap di level 1,75% hingga 2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×