kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.611.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.175   100,00   0,61%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

Nusa Raya Cipta lebih berkibar di proyek swasta


Rabu, 13 Januari 2016 / 08:20 WIB
Nusa Raya Cipta lebih berkibar di proyek swasta


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Misi pemerintah mempercepat realisasi pembangunan berbagai infrastruktur menjadi berkah emiten sektor konstruksi, terutama emiten pelat merah. Toh, emiten konstruksi plat kuning, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), juga tak ingin tertinggal.

Emiten ini juga mengincar beberapa proyek pemerintah. Anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) ini menargetkan kontrak baru Rp 4,5 triliun. Angka tersebut naik 40% dibandingkan estimasi pencapaian kontrak baru tahun lalu, Rp 3 triliun.

Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, mengatakan, proyek NRCA banyak berasal dari pembangunan high rise building di beberapa kota besar, seperti Medan, Jakarta, Bali dan Bandung.

Proyek swasta masih akan mendominasi kontrak baru NRCA. NRCA pun bisa bersaing mendapatkan kontrak baru dari proyek pemerintah.

"Peluang itu masih ada, meski tidak akan besar, karena tentu saja pemerintah akan lebih mengutamakan proyek digarap BUMN," ujar Reza.

Di sisi lain, peluang pembangunan di sektor swasta seperti gedung perkantoran dan apartemen masih besar. Apalagi, pengerjaannya tak memakan waktu banyak, sehingga NRCA bisa mendapat return lebih cepat.

"Proyek pemerintah memang besar nilainya, tapi membutuhkan waktu lama untuk mendapat return maksimal," kata Reza.

NRCA telah menggarap proyek high rise building, seperti Praxis Hotel & Apartemen Surabaya, apartemen Regatta Jakarta, Hotel Pullman Ciawi Jakarta, Q Big BSD City Tangerang, Springhill Royale Suites Jakarta, dan Radison Hotel Uluwatu, Bali.

NRCA juga akan mengembangkan bisnis jalan tol, setelah berhasil menggarap ruas Cikopo-Palimanan atau Cipali.

Nusa Raya menggarap proyek ini melalui usaha patungan, PT Lintas Marga Sedaya (LMS), antara Plus Expressways Bhd dan Baskhara Utama Sedaya.

Lucky Bayu Purnomo, Analis LBP Enterprises, mengatakan, pemerintah sudah menetapkan jatah besar untuk proyek BUMN. Tapi, emiten swasta seperti NRCA bisa mengambil peluang minoritas di beberapa proyek.

"Secara fundamental, NRCA masih bisa lebih agresif dibandingkan tahun lalu, peluangnya masih besar," kata Lucky. NRCA akan bersaing dengan emiten konstruksi swasta lain seperti TOTL dan ACST.

Lucky memperkirakan, pendapatan NRCA tumbuh 7% di tahun ini. NRCA masih mencetak pertumbuhan pendapatan hingga September 2015. Tapi laba bersih turun dari Rp 207 miliar menjadi Rp 150,4 miliar karena ada kenaikan beban.

William Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities, mengatakan, NRCA akan lebih banyak mendapat keuntungan dari proyek swasta yang digarap cepat.

Dengan pertumbuhan ekonomi makro lebih baik, NRCA diprediksi masih bisa banyak mendapat kontrak baru. Ekspansi SSIA sebagai induk juga agresif, sehingga bisa mendorong ekspansi NRCA.

Tetap saja, ada beberapa hal yang harus diwaspadai seperti dampak perlambatan ekonomi global ke dalam negeri. William merekomendasikan tahan NRCA dengan target Rp 850. Lucky merekomendasikan beli dengan target Rp 715-Rp 725.

Menurut Reza, NRCA lebih menarik trading buy dengan proyeksi nilai wajarnya tahun ini antara Rp 680-Rp 700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×