Reporter: Namira Daufina | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Pada akhir pekan lalu, rupiah kehilangan tenaganya terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Memandang pergerakan Senin besok (25/4), sejumlah analis memproyeksi peluang rupiah bertahan di kisaran sempit masih terbuka.
Di pasar spot, Jumat (22/4) valuasi rupiah terkikis 0,29% ke level Rp 13.191 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah terangkat 0,09% di level Rp 13.169 per dollar AS.
Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk menuturkan, pelemahan yang diderita rupiah pada perdagangan akhir pekan lalu disebabkan oleh sikap wait and see pelaku pasar global.
Hal ini terjadi karena pasar sedang menaruh perhatian penuh pada pertemuan FOMC yang digelar pertengahan pekan depan.
“Sentimen eksternal yang menjadi penyeret rupiah, karena USD memang menguat terhadap mayoritas mata uang dunia lainnya,” kata Trian, Minggu (24/4).
Sementara di sisi lain, katalis positif dalam negeri nyaris tidak ada setelah sebelumnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga di level 6,75%.
Memandang pergerakan Senin (25/4) rupiah masih bisa berada dalam koridor negatif. “Dominasi eksternal akan lebih terasa, pasar menanti setiap sajian indikator AS yang rilis untuk mencari sinyal arah pernyataan dari FOMC mendatang,” papar Trian.
Selain itu, jika pada awal pekan nanti harga minyak mentah kembali terkoreksi, bukan tidak mungkin tekanan bagi rupiah kian besar. Meski kalaupun terjadi pelemahan, rentangnya masih dalam koridor yang sempit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News