kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Net buy asing tinggal Rp 21 miliar


Sabtu, 22 Juni 2013 / 06:37 WIB
Net buy asing tinggal Rp 21 miliar
ILUSTRASI. Film Annabelle, salah satu film horor yang menceritakan tentang teror menyeramkan dari boneka arwah.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Dana asing berbondong-bondong keluar dari pasar saham Indonesia. Aksi jual telah terjadi sejak awal Mei 2013. Kemarin, net sell asing tercatat Rp 2,26 triliun. Kalau dihitung dari awal Mei, total net sell asing sudah Rp 19,46 triliun. Tak pelak, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun merosot dalam. Dari awal Mei, IHSG sudah anjlok 10,77%. Kemarin, IHSG melemah 2,48% ke 4.515,37.

Gelombang capital outflow dari bursa saham itu membuat posisi net buy asing menipis. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) memperlihatkan, sampai kemarin, posisi beli bersih alias net buy asing di saham tersisa Rp 21,3 miliar.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia mengatakan, aksi jual para investor asing masih akan terjadi. Apalagi setelah The Federal Reserve memberi sinyal akan mengurangi program stimulus di tahun ini dan menghentikannya di tahun depan. "Investor asing sudah mengambil posisi jual untuk jangka panjang," jelas dia.

Dus, menurut Satrio, posisi net buy investor asing yang hanya tinggal Rp 21,3 miliar pun tidak akan bertahan lama. "Ini sisa net buy tinggal sedikit akan habis dalam satu atau dua hari," ucar dia

Analis First Asia Capital, David N Sutyanto mengatakan, investor asing saat ini asing menilai risiko berinvestasi di Indonesia tinggi. Apalagi, indikator ekonomi makro meleset di luar harapan.

Kini, investor asing tengah menunggu data positif dari Indonesia. Sayangnya, menurut dia, masih belum ada tanda-tanda data positif, seperti upaya pengendalian inflasi yang diprediksi akan tinggi pasca harga bahan bakar minyak naik. "Belum ada data fundamental yang membuat asing akan bertahan atau bahkan masuk," jelasnya. Dus, David pun berharap, kinerja emiten pada semester satu tahun ini semakin membaik sehingga bisa membawa sentimen positif ke pasar.

Menurutnya, investor lokal masih belum cukup kuat menahan penurunan IHSG. Soalnya, investor lokal tak akan gegabah masuk ke pasar modal dalam kondisi seperti ini. "Risikonya masih tinggi. Jadi harapannya tinggal data-data ekonomi dalam negeri yang bisa membaik," kata dia..

Reza Nugraha, analis MNC Securities mengatakan, potensi asing masuk lagi ke pasar saham masih lama. Sebab, return obligasi Amerika Serikat sedang naik, sehingga asing memilih memindahkan dana ke sana. Dia memproyeksi, IHSG berpotensi ke support terendah di 4.330 dengan resistance di 4.850 agar bisa ke 5.000.

Pilihan saham

Tapi, para analis yakin, masih ada beberapa saham yang layak koleksi asal jeli melihat saham yang potensial. Menurut Reza, masih ada kesempatan untuk membeli saham-saham bluechip yang berkinerja bagus seperti PGAS dan TLKM.

Reza juga merekomendasikan saham-saham yang tahan guncangan, seperti saham sektor farmasi. Namun, "Dalam jangka pendek, jangan dulu pilih saham bank yang bakal banyak terkena dampak keluarnya investor asing," kata dia.

David juga menyarankan investor untuk menghindari saham-saham perbankan yang sedang diobral oleh asing seperti saham BMRI dan BBRI. Ia meminta investor mencermati saham konstruksi seperti WIKA, PTPP, ADHI, dan saham defensif dengan inflasi, seperti saham RALS.

Adapun, Satrio merekomendasikan saham-saham yang tahan goncangan, seperti saham UNVR, ICBP, BSDE, ASRI dan WIKA. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×