Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kontrak non deliverable forward (NDF) rupiah mencatatkan pelemahan pertama dalam pekan ini. Bahkan, pelemahannya merupakan yang terbesar dalam sebulan terakhir.
Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.11, kontrak NDF rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,1% menjadi 9.700 per dollar AS. Kontrak tersebut lebih lemah 0,2% dibanding nilai tukar di pasar spot yang pagi ini menguat 0,1% menjadi 9.685.
Salah satu faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah di pasar offshore adalah kecemasan bahwa penurunan impor Indonesia memberikan sinyal adanya penurunan dalam investasi yang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Seperti yang diketahui, data yang dirilis pemerintah pada pekan lalu menunjukkan adanya kontraksi pada impor sebesar 5,6% di Desember 2012.
"Terdapat risiko perlambatan ekonomi seiring penurunan tingkat impor. Kita semua tahu, pertumbuhan impor merupakan indikasi positif untuk investasi," jelas Gundy Cahyadi, ekonom Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura kepada Bloomberg.
Sementara itu, penguatan rupiah di pasar spot disinyalir terkait dengan intervensi Bank Indonesia di pasar mata uang. BI terpaksa mengintervensi pasar menggunakan cadangan devisa karena pasokan likuiditas valas yang mengetat.
Sebagai otoritas moneter, BI berjanji akan terus men-support pasar. "Tujuannya, agar nilai tukar rupiah tidak terdeviasi terlalu jauh dari faktor fundamentalnya," ujar jelas Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News