kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nasib saham Grup Rajawali pasca keluar dari LQ45


Senin, 02 Februari 2015 / 20:56 WIB
Nasib saham Grup Rajawali pasca keluar dari LQ45
ILUSTRASI. Yuk simak aturan Feng Shui bagi ibu hamil, terutama jangan pindah rumah


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Harris Hadinata

JAKARTA.  Grup Rajawali sudah tidak lagi menghuni indeks LQ45. Hal ini menyusul keluarnya PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dari indeks 45 saham paling likuid tersebut. Dengan keluarnya TAXI, tak satupun emiten grup Rajawali yang menghuni LQ45.

Selama setahun terakhir, pergerakan saham TAXI memang cenderung menurun. Di awal tahun 2014, harga saham TAXI sempat menyentuh level Rp 1.780 per saham. Namun di akhir tahun lalu, harga sahamnya turun menjadi Rp 1.170. Ini berarti harga saham TAXI tengah mengalami penurunan hingga 34%.

Nasib sama terjadi pada PT BW Plantation Tbk (BWPT).  Harga saham BWPT anjlok setelah rights issue akhir tahun lalu. Maklum, BWPT menawarkan harga pelaksanaan Rp 390 sampai Rp 411 per saham. Padahal, pada saat akan melakukan rights issue harga sahamnya masih di kisaran Rp 900 per saham. Hingga saat ini, harga saham BWPT belum menunjukkan kenaikan.

Sementara saham-saham lain yang dikuasai Grup Rajawali seperti PT Fortune Indonesia Tbk (FORU), PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT), PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), dan PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) terbilang kurang ramai.

FORU misalnya, turun tajam 11,56% ke level Rp 650 per saham pada penutupan Senin (2/2).  Pergerakan saham META pun takn banyak mengalami pertumbuhan. Demikian juga dengan SMMT dan RMBA.

Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan, pergerakan saham BWPT saat ini masih cenderung tidur. Namun, Kiswoyo optimistis, BWPT akan kembali bergairah dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.

Pasalnya, sebelum Grup Rajawali masuk, BWPT memeluk utang yang cukup besar. Lahan kosong BWPT pun nyaris habis. Dengan masuknya grup Rajawali, cadangan lahan BWPT pun kembali bertambah luas.

William Suryawijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, menilai harga rights issue BWPT yang lebih rendah terbilang wajar. Soalnya, perbandingan rights issue pada saat ini cukup besar dengan rasio 6:1. "Jika berhasil mengelola landbank dengan baik, harga saham BWPT bisa terus bergerak naik," imbuhnya.

Sementara bisnis taksi tertekan persaingan ketat. William belum melihat adanya peluang kenaikan yang signifikan terhadap saham TAXI.

Kiswoyo pun menduga TAXI butuh waktu antara dua hingga tiga tahun lagi untuk bertumbuh dengan baik. "Ini bisa terjadi jika pemerintah berhasil mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang melintas di jalanan ibu kota, lalu kemacetan berkurang," kata Kiswoyo.

Bisnis di bidang periklanan dan hubungan masyarakat yang dijalankan FORU juga terbilang menarik. Bisnis tersebut menurut William masih berpeluang tumbuh, seiring dengan masih tingginya kebutuhan akan iklan.

William juga menyukai saham META lantaran bergerak di sektor infrastruktur. Ini sejalan dengan program pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.

Menurut Kiswoyo, META sudah mulai menunjukkan kinerja positif. Di kuartal III-2014 laba bersih META melonjak hingga 136,37%. Padahal di tahun sebelumnya, META sempat mengalami rugi.

William dan Kiswoyo merekomendasikan beli untuk META dan BWPT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×