Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Batas waktu realisasi penjualan saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) oleh PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) sudah berakhir. Seharusnya, kalau transaksi mulus, perusahaan milik keluarga Bakrie itu sudah menerima fulus dari penjualan sejak akhir tahun lalu.
Namun, manajemen BNBR belum mau berkomentar soal kelanjutan transaksi tersebut. "Nanti saja dilihat di laporan keuangan kami ya," ujar Eddy Soeparno, Direktur Keuangan Bakrie & Brothers, Senin (14/1).
BNBR pada Desember 2011 menjual 4,3 miliar saham BTEL ke Mount Charlotte Holding Ltd. Saham BTEL dilego di harga Rp 340 per saham. Harga rata-rata BTEL ketika itu Rp 260 per saham. Dus, total nilai transaksi itu mencapai Rp 1,46 triliun. Batas transaksi tersebut paling telat 31 Desember 2012.
Tapi, nasib transaksi itu tak jelas. Apalagi, harga saham BTEL terus turun hingga menyentuh batas bawah harga saham yang diperdagangkan di bursa yakni Rp 50 per saham. Jika transaksi itu terlaksana, Mount Charlotte berpotensi menanggung kerugian Rp 1,24 triliun. Pasalnya, nilai portofolio akan menyusut menjadi cuma Rp 215 miliar.
Tampaknya, manajemen BNBR sudah bersiap jika transaksi itu gagal. Dalam laporan keuangan per September 2012, BNBR sudah menyisihkan kerugian atas transaksi itu. Cuma nilainya berapa belum ketahuan.
Manajemen BNBR yakin penyisihan kerugian atas penurunan nilai itu cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang dari Mount Charlotte.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities berpendapat, Grup Bakrie musti menjelaskan mengenai transksi tersebut. Apakah dalam perjanjian ada klausul mengenai kegagalan transaksi atau tidak. "Kalau tidak, ya persepsi negatif tidak akan lepas dari Grup (Bakrie) ini," kata dia.
Penjualan BTEL ini menyebabkan rapor BNBR membiru. Sebelumnya, pasca kuasi reorganisasi, BNBR justru merugi. Ketika itu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) meminta komitmen manajemen BNBR untuk membuat kinerja biru hingga lima tahun setelah kuasi reorganisasi.
BNBR menggunakan buku Juni 2011 untuk kuasi reorganisasi. Pada kuartal III-2011, BNBR malah rugi. Manajemen BNBR juga menjual 23,8% saham Bumi Plc ke PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN) senilai US$ 1 miliar dan menjual saham BTEL. Penjualan saham tersebut bertujuan agar tak memberatkan laporan keuangan BNBR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News