kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Naik tipis, harga batubara konsolidasi


Selasa, 25 Februari 2014 / 07:10 WIB
Naik tipis, harga batubara konsolidasi
Ngeri-Ngeri Sedap tayang hari ini, berikut jadwal tayang 3 film Indonesia terbaru di Netflix bulan Oktober tahun 2022.


Reporter: Yuliani Maimuntarsih, Dina Farisah | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga batubara mulai bangkit dari level terendah hampir lima tahun. Namun, lajunya terbatas di kisaran US$ 77 per metrik ton  (MT) dalam sepekan terakhir.

Jumat lalu (21/2), harga batubara untuk pengiriman Maret 2014 di ICE Futures Europe ditutup di level US$ 77,70 per MT. Padahal, pekan sebelumnya (13/2), emas hitam ini sempat jatuh ke US$ 76,65 per MT. Ini harga terendah sejak Maret 2009. Harga saat ini juga masih 9,6% di bawah harga penutupan akhir 2013.

Analis PT Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono menyebut, saat ini, mayoritas harga komoditas energi naik, karena dollar AS melemah. "Hanya, batubara cenderung flat, karena dalam fase konsolidasi di kisaran US$ 75-US4 85 per MT," ujarnya.

Tapi, kata Wahyu, tren harga batubara masih akan terkoreksi hingga kuartal I-2014. Salah satu pemicu lemahnya harga batubara, karena China dikabarkan mengurangi impor batubara. Negara pengguna batubara terbesar di dunia itu berencana mengurangi pembangunan pembangkit listrik berbasis batubara, dan mengalihkan ke energi yang lebih bersih, seperti air, angin, dan nuklir.

Permintaan masih kuat

Namun, analis PT Pefindo, Guntur Tri Hariyanto punya proyeksi berbeda. Ia melihat, permintaan batubara akan tetap tinggi, sehingga masih berpotensi mengerek harga.

Kata Guntur, meski China berencana mengurangi laju pembangunan pembangkit listrik batubara, namun, estimasi BP Energy Outlook 2035 menyebutkan, pembangkit listrik berbasis fosil masih akan mendominasi. Penggunaan batubara diperkirakan masih tetap tinggi hingga dua dekade ke depan,  dan mulai turun pada  tahun 2030.

Adapun, International Energy Agency (IEA) memperkirakan, rata-rata permintaan batubara global akan tumbuh 2,3% per tahun, atau mencapai 6,35 miliar metrik ton hingga 2018. Permintaan diprediksi lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan periode 2007-2012 sebesar 3,4%. Ini sudah mempertimbangkan imbas kebijakan China. "Meski begitu impor China masih akan mendominasi 60% permintaan global hingga lima tahun ke depan,” ujarnya.

Selain itu, India akan menjadi pesaing China dengan estimasi pertumbuhan hampir mencapai 5% menjadi 657 juta ton pada 2018. Bandingkan permintaan batubara dari China yang diperkirakan hanya tumbuh 2,6% menjadi 3,28 miliar ton.

Makanya, Guntur memprediksi, harga batubara masih berpotensi naik menuju level US$ 85 per metrik ton hingga pengujung kuartal I-2014.

Adapun, secara teknikal, Wahyu bilang, saat ini, harga berada di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif 1,4. Lalu, relative strength index (RSI) menginjak level 23%, dan stochastic di level 6%. Artinya, kedua indikator sudah jenuh jual (oversold).

Prediksi Wahyu, sepekan ini, harga batubara akan cenderung konsolidasi di US$ 74-US$ 80 per MT.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×