Reporter: Dina Farisah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Aksi jual emas mulai terlihat di sentra pedagang emas di wilayah Jakarta. Maklum, lonjakan harga emas belakangan ini menjadi momentum yang pas bagi masyarakat untuk mengambil keuntungan investasi (profit taking).
Apalagi, menjelang pemilihan umum (pemilu), secara historis, masyarakat menyiapkan kocek lebih banyak. Ini sebagai antisipasi terjadinya kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok.
Data Divisi Logam Mulia, PT Antam Tbk menunjukkan, kemarin (14/3), harga jual emas batangan satuan 1 gram dipatok Rp 552.000 per gram. Harga pembelian kembali (buyback) senilai Rp 492.000 per gram. Jika dibandingkan harga pada akhir tahun lalu, harga jual emas batangan sudah naik Rp 28.000 per gram atau 5,07%. Lonjakan harga emas batangan ini mengekor kenaikan harga emas spot.
Salah seorang pedagang di sentra emas Cikini, Tanti Wati menyebut, sejak sebulan terakhir, transaksi buyback perhiasan dan logam mulia lebih sering terjadi. "Akhir-akhir ini semua orang jual emas. Setiap jelang pemilu biasanya memang selalu banyak yang jual emas," tutur pemilik toko emas Cakra Kirana ini.
Menurut Tanti, dalam sehari, ia bisa melayani buyback sekitar 20 gram-30 gram emas dalam bentuk batangan dan perhiasan. Ia harus melayani buyback dengan mengacu harga Antam. Selain itu, kondisi emas yang bersangkutan juga menjadi pertimbangan.
Di Cakra Kirana, harga jual logam mulia senilai Rp 497.000 per gram, sedangkan harga buyback dibanderol Rp 492.000 per gram. Adapun, harga jual perhiasan Rp 360.000 per gram, dan harga buyback dihargai Rp 340.000 per gram.
Jadi, dalam sehari, ia bisa merogoh kocek minimal Rp 9,8 juta hingga Rp 6,8 juta untuk melayani buyback emas.
Pedagang di sentra emas Melawai, Reska Febri mengamini, belakangan ini lebih sering melayani transaksi buyback ketimbang penjualan.
Pemilik toko emas Berlian Star ini bilang, di tokonya kebanyakan masyarakat menjual emas lantakan dibanding emas perhiasan. Mayoritas menjual kepingan seberat 10 gram hingga 50 gram. "Memang, masyarakat cenderung menggadai perhiasan ketimbang menjualnya," ujarnya.
Menurut Reska, seperti sebelumnya, menjelang pemilu, selalu banyak masyarakat yang justru menjual emas. Masyarakat sepertinya mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok sehingga memilih untuk memegang uang tunai lebih banyak. "Mungkin juga orang butuh uang cash untuk dana kampanye," imbuhnya.
Di tokonya, Reska membanderol logam mulia seharga Rp 530.000 per gram, sementara harga buyback Rp 490.000 per gram. Sedangkan, perhiasan dijual seharga Rp 390.000 per gram, dan buyback dihargai Rp 350.000 per gram.
Sebagai pedagang emas, Reska mengaku siap buyback kapan pun selama ada kecocokan harga. Ia tidak membatasi jumlah buyback saban hari. Sejak sebulan terakhir, ia bilang, rata-rata menerima buyback seberat 100 gram emas dalam sehari.
Ketika KONTAN menyambangi sentra emas Melawai, terlihat seorang pembeli yang mondar-mandir dari satu toko ke toko lainnya. Perempuan yang enggan disebut namanya itu mengaku berniat menjual logam mulia seberat 10 gram. "Saya mau memanfaatkan momentum kenaikan harga emas. Tapi, transaksi belum terjadi karena belum dapat harga yang cocok. Saya ingin jual di harga Rp 500.000 per gram," ujarnya, Jumat (14/3).
Transaksi jual sepi
Sebaliknya, para pemilik toko emas mengaku, saat ini penjualan mereka justru turun. Hal ini tidak terlepas dari kondisi harga emas yang sedang melejit.
Reksa bilang, sejak harga emas naik terus, penjualannya turun signifikan. "Biasanya bisa menjual lebih dari 100 gram sehari, tapi sekarang hanya 20 gram per hari," ungkapnya.
Senada, Tanti mengatakan, penjualan emas belakangan ini justru sepi. "Kalaupun ada yang beli, kebanyakan hanya tukar tambah," tuturnya.
Koko, pemilik toko emas Gajah Mada di Cikini, mengaku, transaksi jual beli emas memang sepi saat emas naik. Hal ini karena di saat yang sama, nilai tukar dollar AS sedang turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News