kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

MYRX merambah bisnis properti


Sabtu, 26 Oktober 2013 / 07:00 WIB
MYRX merambah bisnis properti
ILUSTRASI. Pasar modal.


Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Butuh dana untuk ekspansi usaha skala besar, PT Hanson International Tbk (MYRX) mencoba melaksanakan penawaran umum terbatas (PUT) III lewat skema dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue.

MYRX akan merilis 8,35 miliar saham dengan banderol Rp 550 per saham. MYRX berharap bisa meraup dana hingga Rp 4,6 triliun melalui aksi korporasi ini. Rights issue MYRX memiliki rasio 7:10.

Jadi, investor yang memegang tujuh saham MYRX, akan mendapatkan 10 saham rights issue. Asal tahu saja, efek dilusi rights issue ini mencapai 58,82%. Demi memuluskan aksi ini, MYRX menjadwalkan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), 20 November mendatang.

Targetnya, pelaksanaan rights issue bisa berlangsung mulai 4 Desember-17 Desember. Odyssey Asia Fund bertindak sebagai pembeli siaga rights issue MYRX ini.

Lantas untuk apa dana jumbo terebut? Rencananya, sebanyak 87,93% atau setara Rp 4 triliun akan MYRX gunakan untuk mengakuisisi PT Mandiri Mega Jaya (MMJ), sebuah perusahaan properti dengan kepemilikan lahan di Jabodetabek. Sedangkan, sisa dana akan dianggarkan bagi pelunasan utang  dan modal kerja perseroan.

Direktur MYRX, Rony Agung Suseno mengatakan, pihaknya masuk ke lini usaha properti lantaran potensi bisnis ini cukup besar di Indonesia. "Juga kalau dilihat saat ini sektor properti sedang naik daun di Indonesia," ujarnya kepada KONTAN, kemarin.

MYRX berniat mengakuisisi MMJ  karena memiliki cadangan lahan (landbank) yang cukup strategis sehingga menunjang prospek kinerja ke depan. "Jika dilihat lahan di Jakarta sudah sedikit sehingga memaksa pengembang lain harus ke pelosok untuk mencari lahan," tutur Rony.

MMJ tercatat memiliki lahan seluas 2.899,22 hektare (ha). Dengan harga akuisisi senilai Rp 4 triliun, maka secara sederhana dapat dihitung bahwa harga tanah MMJ hanya dihargai Rp 137.970 per meter persegi. "Perlu diingat bahwa transaksi ini adalah transaksi afiliasi karena MMJ dimiliki oleh Pak Benny (Benny Tjokrosaputro)," tambah Rony.

Pengusaha kawakan Benny Tjokrosaputro memang tercatat sebagai pemegang saham seri C MYRX sebanyak 9,47%.  Benny juga pemilik MMJ.

Prospek sektor properti disertai posisi lahan yang strategis membuat MMJ dilirik banyak pihak. MMJ sendiri telah meneken perjanjian kredit senilai Rp 2 triliun dengan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) untuk mengembangkan proyek perumahan.

Rony mengungkapkan, selain BBTN masih banyak bank lain yang tertarik menjalin kerjasama dengan MMJ lantaran perusahaan ini memiliki landbank yang besar.

Kerjasama dengan BBTN menyasar proyek perumahan untuk segmen menengah ke bawah. Tidak tanggung-tanggung, pengembangan perumahan tersebut juga menggandeng nama besar properti Indonesia yaitu Grup Ciputra. "MMJ nanti akan mengembangkan proyek tersebut bekerjasama dengan anak usaha Ciputra," imbuh Rony.

Meski demikian, detail dan wilayah proyek pengembangan menurut Rony masih dalam pembahasan pihak manajemen. Belum ada kesepakatan daerah mana saja yang akan dikembangkan. Dus, Rony mengaku belum bisa menghitung besaran kontribusi kinerja MMJ bagi MYRX di masa mendatang.

Asal tahu saja, kini MYRX tercatat menekuni bidang usaha industri, perdagangan umum, dan pembangungan. "Tapi di bursa kami masuk kategori perusahaan investasi, sehingga bisa masuk bisnis mana saja," ujarnya.

MRYX memiliki dua anak usaha yang kontribusi terhadap perseroan dianggap sama besar. Dua anak usaha itu adalah PT Binadaya Wiramaju dan PT De Petroleum International (DPI).

Rony menjelaskan, Binadaya memiliki bidang usaha di perdagangan timah dan bijih besi. Dulu, Binadaya pernah memiliki tambang batubara.  Namun, tambang tersebut sudah dijual. Kini, Binadaya memiliki pertambangan timah di Riau sebanyak empat konsesi tambang, dan tiga tambang lainnya di Sukabumi.

Sedangkan, bisnis yang digeluti De Petroleum adalah berbagai macam aplikasi pengolahan lumpur minyak termasuk pembersihan tangki minyak, lumpur dari kolam beton, atau limbah yang dihasilkan kilang minyak.

Tahun lalu, penjualan dari bisnis bijih timah mencapai Rp 23,37 miliar, menyumbang  sekitar 19,81% dari total pendapatan MYRX. Sedangkan, dari bisnis pengolahan limbah minyak menyumbang pendapatan sebesar Rp 67,50 miliar, serta penjualan bersih dari recovery oil tercatat sebesar Rp 27,05 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×