Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim semi telah tiba di negera belahan barat. Ini tandanya menjadi kabar bahagia bagi komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Pasalnya pengekspor CPO terhambat saat musim dingin sebelumnya, yang menyebabkan sejumlah kapal eksportir tidak bisa beroperasi.
Mengutip Bloomberg pada Jumat (22/3) harga CPO ditutup melemah 0,32% menjadi RM 2.165 per metrik ton. Tetapi dalam sepekan harga minyak kelapa sawit terapresiasi 2,5% dari perdagangan akhir pekan sebelumnya di level RM 2.112 per metrik ton.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim menilai secara harian harga CPO terkoreksi karena periaku pasar yang cenderung mengambil cuan di akhir perdagangan. Sebab, musim semi menjadi katalis positif untuk CPO di tengah kampanye hitam oleh Uni Eropa terkait lahan sawit ilegal di Indonesia yang sampai saat ini belum ada penyelesaian yang konkrit.
Namun, kini Indonesia mengancam balik Uni Eropa jika ekspor minyak kelapa sawit masih tidak diperbolehkan masuk ke sana. Menteri Koordinator Kelautan, Luhut Pandjaitan pada Rabu (20/3) mengisyaratkan bahwa jet yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Eropa dapat menjadi salah satu target untuk boikot.
Ibrahim berpendapat sebetulnya pasar Eropa tidak terlalu penting bagi perdagangan komoditas yang satu ini. Karenanya ekspor terbesar CPO berasal dari Chnia, India, dan Jepang. Hanya saja karena yang mengeluarkan kampanye hitam adalah kawasan sebesar Uni Eropa maka isu tersebut menjadi besar dampaknya bagi spekulan yang akhirnya beralih ke komoditas lain.
CPO juga diprediksi menjadi ancaman minyak olahan yang kini jadi langganan Uni Eropa seperti minyak bunga matahari, minyak padi, dan minyak kedelai. Keberadaan minyak kelapa sawit yang murah dan kegunaannya yang sudah teruji bisa saja menggerus konsumen minyak-minyak tersebut di Eropa.
Ia memprediksi pergerakan harga CPO pada perdagangan Senin (25/3) akan berada di kisaran harga RM 2.140-RM 2.182 per metrik ton. Sementara sepekan ke depan di level RM 2.100-RM 2.200 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News