kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.360.000   27.000   1,16%
  • USD/IDR 16.715   30,00   0,18%
  • IDX 8.367   -24,72   -0,29%
  • KOMPAS100 1.159   -1,24   -0,11%
  • LQ45 843   -2,18   -0,26%
  • ISSI 291   1,30   0,45%
  • IDX30 442   -1,53   -0,35%
  • IDXHIDIV20 510   -0,87   -0,17%
  • IDX80 130   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 138   0,07   0,05%
  • IDXQ30 140   -0,19   -0,13%

Musim Pembagian Dividen Interim Telah Tiba, Waspada Potensi Dividen Trap


Selasa, 11 November 2025 / 21:59 WIB
Musim Pembagian Dividen Interim Telah Tiba, Waspada Potensi Dividen Trap
ILUSTRASI. Investor ritel memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada ponselnya di Jakarta, Senin (30/6/2025).


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah musim rilis laporan keuangan kuartal III-2025 usai, musim pembagian dividen interim pun dimulai. Beberapa emiten sudah mulai ramai pengumuman jadwal pembagian dividen interim dari tahun buku 2025. 

Teranyar, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) mengumumkan akan membagikan dividen interim sebesar Rp 305,73 miliar. Anak usahanya, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) juga akan membagikan dividen interim 571,20 miliar. 

Menariknya rasio pembagian dividen atau dividend payout ratio SCMA tergolong besar. SCMA membagikan 96,55% dari perolehan laba bersih per 30 September 2025 yang mencapai Rp 591,57 miliar. 

Tak mau ketinggalan, emiten baru pun juga turut membagikan dividen interim. Yakni, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) yang akan membayarkan dividen sebesar US$ 250 juta. 

Namun dibalik manisnya pembagian dividen interim ini, ada sejumlah sentimen negatif yang membayangi. Di antaranya, aksi profit taking yang bisa menekan pergerakan pasar dan membuat investor terjebak dengan dividend trap. 

Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi bilang biasanya dividen interim menjadi katalis positif karena memberikan sinyal cash flow dan profitabilitas emiten masih kuat, apalagi di tengah pasar yang cenderung wait and see.  

“Tetapi di sisi lain, sehabis cum date biasanya harganya koreksi karena profit taking dan penyesuaian dividen payout,” jelasnya kepada Kontan, Selasa (11/11).

Meski begitu, Wafi menilai hal tersebut merupakan fenomena yang normal. Dia juga menegaskan koreksi tersebut bukan tanda bahwa fundamental emiten pembagi dividen itu jelek.

Ambil contoh, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menutup perdagangan Selasa (11/11) dengan terkoreksi 3,04% ke posisi Rp 1.275. Adapun cum dividen interim MEDC berakhir pada 10 November 2025. 

Kondisi serupa juga terjadi pada saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) yang menutup perdagangan Selasa (11/11) dengan melemah 1,77% ke level Rp 555 setelah melewati tanggal cum date di 10 November 2025. 

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan biasanya likuiditas dan volatilitas pergerakan saham emiten yang tidak masuk dalam indeks High Diviend20 akan meningkat usai pengumuman pembagian dividen. 

“Sementara masuk pada tanggal ex-dividend, muncul potensi dividend trap. Apalagi harga saham sebelum tanggal cum date mengalami lonjakan disertai dengan volatilitas,” katanya.

Setali tiga uang, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan mencermati memang ada kecenderungannya, saat saham memasuki ex-date harga biasanya turun sebesar nominal dividen yang dibagikan. 

Menurutnya, ini sangat bergantung pada fundamental emiten dan posisi harga sahamnya sebelum cum date. Koreksi ini bisa berdampak langsung kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergantung pada emiten dan likuiditas yang membagikan dividen. 

“Jika emiten yang membagikan dividen memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi, maka bisa memberikan sedikit tekanan terhadap indeks,” kata Ekky. 

Meski ada potensi terjadi tekanan, Ekky menilai efeknya hanya bersifat sementara. Dia menilai selama fundamental emiten big caps tersebut tetap kuat dan aliran dana asing positif, harga biasanya akan kembali stabil. 

Saham Pilihan

Dari beberapa emiten yang mengumumkan pembagian dividen, Ekky menilai saham AADI dan SCMA menarik untuk dicermati.

Menurutnya, keduanya memiliki kombinasi antara payout dividen yang menarik, kinerja fundamental yang solid serta potensi upside harga saham yang masih terbuka.

Ekky mencermati, SCMA berpotensi melanjutkan penguatan ke level Rp 450–Rp 470. Sementara AADI dinilai punya ruang untuk menguat ke level Rp 9.750–Rp 10.000 dalam jangka meningkat karena didukung oleh valuasi yang menarik dan prospek kinerja yang positif di sisa tahun ini.

Sementara, saham pilihan Nafan jatuh pada AADI dan ITMG. Dia merekomendasikan add AADI dengan target harga di Rp 9.225 per saham. Untuk IMTG, dia menyarankan accumulative buy dengan target harga di Rp 26.000. 

Di sisi lain, Wafi mengingatkan bagi investor retail sebaiknya menghindari dividend trap dengan cara melihat valuasi dan momentum teknikal suatu saham. Kalau saham sudah rally sebelum cum date, Wafi menyarankan untuk take profit. 

“Kalau saham sudah rally sebelum cum date, ada baiknya take profit dulu. Kemudian bisa kembali membeli pada saat tanggal ex dividend serta fokus ke saham dengan yield stabil dan pertumbuhan yang kuat,” ucap Wafi.

Selanjutnya: Garuda Indonesia Equity Injection Cut by about $400 Million, Company Says

Menarik Dibaca: 5 Rahasia Berhasil Pensiun Dini Ala Robert Kiyosaki, Bukan Soal Uang Tapi Pola Pikir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×