kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Musim meger, kini giliran DVLA


Kamis, 24 April 2014 / 09:13 WIB
Musim meger, kini giliran DVLA
ILUSTRASI. Kenali 5 Tanda Paling Umum Gangguan Kesehatan Mental Ini


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tahun 2014, nampaknya menjadi tahun konsolidasi bagi sejumlah emiten. Konsolidasi dilakukan guna mengerek peforma, salah satunya dengan meningkatkan efisiensi.

Inilah yang akan dilakukan oleh PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA). Perusahaan farmasi tersebut akan melakukan penggabungan (merger) dengan anak usaha, PT Pradja Pharin (Prafa).

Dalam hal ini, DVLA akan bertindak sebagai pihak yang menerima penggabungan. Sedangkan Prafa sebagai perusahaan yang menggabungkan diri.

Manajemen DVLA menilai, merger perlu dilakukan seiring meningkatnya kompetisi dalam bisnis farmasi. Merger diharapkan bisa mampu menekan biaya produksi dan operasional secara keseluruhan.

DVLA memiliki pabrik yang berbasis di Gunung Putri, Bogor. Pabrik ini memproduksi kapsul gelatin lunak dan produk-produk cair. Sedangkan pabrik Prafa yang berlokasi di Citereup, Bogor, memproduksi injeksi steril dan produk-produk padat.

Dengan adanya merger, maka sinergi untuk melakukan integrasi produksi dan pemetaan produk juga diharapkan bisa berjalan lebih baik. Informasi saja, total kapasitas produksi pabrik DVLA dan anak-anak perusahaan per akhir Desember 2013 sebesar 1,05 miliar butir soft kapsul.

Lalu, 71,91 juta botol sirup, 1,22 juta tube salep, 5,5 juta botol medicated tules, dan 215,65 juta sachet obat batuk. Selain itu, perseroan juga mampu memproduksi 18,04 juta tube inhaler, 9 juta botol balsem, 10 juta tablet, dan 5 juta kapsul keras.

DVLA menguasai 100% saham Prafa. Dengan demikian, tidak ada saham baru yang akan diterbitkan DVLA untuk merealisasikan rencana ini. Struktur modal pun tetap. Per akhir Maret 2014, modal dasar DVLA tercatat sebanyak 4,48 miliar saham senilai Rp 1,12 triliun.

Blue Sphere Singapore Pte Ltd mengempit 92,66% kepemilikan saham. Sisanya, 7,34% milik masyarakat. Sebelum mengesekusi rencana korporasi ini, DVLA harus memproleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan restu dari para pemegang saham.

Rencananya, perseroan akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 3 Juni 2014. Manajemen DVLA berharap, merger sudah bisa terlaksana pada 31 Juni 2014.

Tambahan informasi, sebelum DVLA, PT Timah Tbk (TINS) telah melakukan hal yang sama. BUMN timah ini merger dengan anak usahanya, PT Tambang Timah (TT). Kemudian, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) yang berniat merger dengan pemilik sahamnya, PT Apexindo Energi Investama (AEI).

Belakangan, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) juga memiliki rencana yang sama. Produsen semen ini ingin merger dengan dua anak usahanya, PT Bintang Polindo Perkasa dan PT Wahana Transtama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×