Reporter: Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) terjerembab. Kekhawatiran pasar bahwa penguatan kurs ringgit akan melemahkan ekspor CPO dari Malaysia, telah menekan pergerakan harga minyak nabati ini selama tiga hari terakhir.
Di Bursa Derivatif Malaysia sampai dengan Selasa (19/11) pukul 16.00 WIB, harga CPO untuk pengiriman Februari 2014 anjlok ke level RM 2.565 per ton, atau melemah 1,04% dibanding harga hari sebelumnya. Selama sepekan, harga CPO masih menguat 1,34%.
Nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sepekan lalu menguat 0,7%. Tan Chee Tat, analis Philip Futures Pte seperti dikutip dari Bloomberg mengatakan, penguatan mata uang Negeri Jiran tersebut menurunkan minat pasar terhadap CPO. Alhasil, harga CPO pun tertekan.
Sementara itu, berdasarkan data terbaru dari Surevor Intertek, sepanjang 15 hari pertama bulan November, tingkat ekspor CPO dari Malaysia hanya mencapai 744.975 ton. Angka ini turun 4,6% jika dibandingkan dengan angka ekspor periode sama bulan Oktober lalu.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, harga CPO juga terserat pelemahan harga minyak dunia. Secara teknikal, harga CPO belakangan ini sulit menembus level resistance kuat di level RM 2.630 per metrik ton. "Sudah dua kali harga CPO gagal menembus level harga tersebut," kata Ariston.
Suluh Adil Wicaksono, analis Millennium Penata Futures menambahkan, tekanan harga juga datang dari pergerakan teknikal harga CPO. Pergerakan tersebut terjadi akibat penguatan tajam harga CPO belakangan ini.
Suluh dan Ariston bilang, harga CPO masih berpotensi menguat lagi meski tengah tertekan sekarang. Potensi ini bisa dilihat dari pergerakan teknikal harga CPO yang sampai saat ini masih berada di sekitar tren penguatan harga. "Penguatan juga ditunjang oleh cuaca hujan di Malaysia dan Indonesia yang diperkirakan akan mempengaruhi proses produksi dan distribusi CPO," imbuh Suluh.
Ariston memperkirakan, sepekan ke depan, harga CPO masih berpotensi menguat. Potensi penguatan ini bisa dilihat dari moving average convergence divergence (MACD) yang berada di area positif 45. Stochastic saat ini sedang bermain-main di area jenuh beli belum menunjukkan bahwa harga CPO akan menguat.
Indikator relative strength index (RSI) yang berada di atas level 58 dan masih bergerak ke atas juga memperkuat sinyal penguatan CPO. Sementara itu, posisi harga yang terjebak di atas moving average (MA) 50 tapi berada di bawah MA 100 dan MA 200 menunjukkan bahwa CPO cenderung bergerak datar.
Ariston memperkirakan, sepekan ke depan, harga CPO akan menguat di kisaran RM 2.500-RM 2.630 per metrik ton. Sedangkan, Suluh memprediksi, sepekan ke depan, harga CPO masih akan menguat di kisaran RM 2.600- RM 2.620 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News