Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) menjadi salah satu andalan emiten untuk mencari dana segar di tengah tren BI rate yang tinggi. Proses penerbitan instrumen ini pun relatif lebih murah.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Fakhrul Aufa, mengatakan, dampak tekanan inflasi dan kenaikan BI rate bagi pasar obligasi akan berlangsung hingga September. Yield surat utang negara (SUN) yang menjadi acuan penerbitan obligasi korporasi ikut naik. Ujung-ujungnya, kupon obligasi korporasi juga ikut terkerek.
Kondisi itu menambah beban bagi emiten karena harus mengeluarkan biaya dana (cost of fund) yang lebih banyak. Nah, emiten akan memilih menerbitkan MTN hingga tekanan di pasar obligasi mereda. "MTN bisa menjadi alternatif bagi emiten yang benar-benar membutuhkan dana," tutur Fakhrul, Minggu (21/7).
Menurut Fakhrul, penerbitan MTN lebih murah ketimbang obligasi. Sebab, tenor MTN lebih pendek sehingga kupon yang ditetapkan juga lebih kecil dibandingkan obligasi. Smart Multi Finance, salah satunya, menerbitkan MTN II senilai Rp 5 miliar pada Juli ini. Instrumen itu ditetapkan dengan tenor 18 bulan dan kupon tetap 9,25%.
Anak usaha PT Wijaya Karya (WIKA), Wika Realty juga menerbitkan MTN senilai total Rp 300 miliar. Penerbitan itu akan diterbitkan secara bertahap. Untuk tahap pertama diterbitkan senilai Rp 100 miliar dilepas Juli ini, sedangkan sisanya akan diterbitkan pada satu atau dua bulan mendatang. MTN I tahap I Wika Realty merupakan instrumen bertenor dua tahun dengan kupon tetap 8,4%.
Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih bilang, penerbitan MTN akan didominasi multifinance dan perusahaan properti. "Pinjaman bank mahal, maka mereka menyasar MTN," ujar Lana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News