Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
SINGAPURA. Analis Morgan Stanley memperkirakan, harga emas dan bijih besi akan terus turun hingga tahun 2015. Keduanya komoditas yang paling terpukul dengan penguatan dollar Amerika Serikat.
Ekspektasi kenaikan bunga acuan AS yang mendorong penguatan dollar AS menjadi terpaan bagi harga emas, begitu juga dengan kekhawatiran pasar akan kesehatan ekonomi China. Joel Crane, analis Morgan Stanley di Melbourne mengatakan, rata-rata harga emas akan merosot tiap kuartal, dan mencapai US$ 1.165 per ons troi pada September tahun depan. Harga tersebut berbanding dengan proyeksi hari ini US$ 1.211,7.
"Dollar akan menjadi kunci pergerakan emas, sedangkan bijih besi akan tertekan akibat kenaikan cepat penumpukan pasokan," tulis Crane dalam risetnya.
Harga rata-rata emas di pasar spot untuk kuartal ketiga (Juli-September) tahun ini di US$ 1.282,07, menurut Bloomberg generic pricing.
Nah, menurut hitungan Crane, rata-rata harga emas akan turun mencapai US$ 1.225 pada tiga bulan hingga Desember nanti, lalu ke US$ 1.200 pada akhir kuartal pertama tahun depan, dan berlanjut ke US$ 1.175 pada periode April-Juni.
Crane memperkirakan, permintaan emas akan bergeser ke bagian timur. Permintaan emas di China dan India, dua konsumen terbesar logam mulia, akan memberi sentimen positif pada harga emas baik perhiasan, batangan, maupun koin di tahun depan.
Permintaan emas di China menyentuh rekor 1.065,8 metrik ton tahun lalu atau 28% dari konsumsi emas global. World Gold Council memperkirakan, permintaan emas di China akan menyentuh rekor baru yaitu 1.350 ton pada tahun 2017.
Morgan Stanley memperkirakan, harga bijih besi akan mencapai rata-rata 100 per ton kering tahun ini dan US$ 87 di tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News