Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Moody's Investor Service dalam laporan baru menjelaskan, tren kredit korporasi Asia Pasifik negatif pada tahun 2020. Ini akibat dari pandemi virus corona yang menimbulkan kerugian ekonomi global, rantai pasokan dan konsumen. Serta pertumbuhan ekonomi juga melambat.
"Ketidakpastian tentang kapan pandemi akan terkendali dan langkahnya pemulihan ekonomi akan membebani pendapatan perusahaan dan kualitas kredit untuk beberapa waktu," terang Clara Lau Group Credit Officer and Senior Vice President Moody's seperti dikutip dalam rilis. Kemampuan perusahaan untuk membiayai kembali utang juga menjadi melemah dan leveraged perusahaan cenderung naik jika jatuh tempo utang jatuh pada masa-masa stres seperti saat ini.
Sejatinya, pemerintah telah membuat kebijakan moneter yang signifikan dengan memberikan bantuan likuiditas jangka pendek bagi perusahaan yang terkena dampak. Tapi Lau bilang, pemulihan profil kredit akan memerlukan waktu panjang untuk mengontrol gangguan ini. "Langkah-langkah yang dapat dilakukan perusahaan adalah menjaga likuiditas dan neraca, dan seberapa cepat kegiatan ekonomi akan pulih," tambah Lau.
Baca Juga: Tanpa Pemangkasan Outlook Oleh S&P, Beban Utang Negara Sudah Berat
Moody's menyebut, 26% peringkat portofolio korporasi Asia Pasifik negatif pada akhir kuartal I-2020. Angka ini naik dari 17% pada kuartal IV tahun lalu. Perusahaan otomotif, peritel dan sektor game paling terpukul. Moody's mencatat, lebih dari 50% emiten memiliki peringkat dengan implikasi negatif. Ini artinya peringkat dilakukan dengan pandangan negatif atau sedang ditinjau untuk diturunkan peringkatnya.
Tren peringkat portofolio perusahaan di APAC sangat negatif dengan 120 tindakan peringkat negatif dan 5 tindakan positif pada kuartal I-2020. Sebagian besar didorong dampak buruk dari pandemi virus corona pada berbagai sektor. Sehingga menimbulkan risiko pembiayaan kembali perusahaan.
Dari 120 tindakan peringkat negatif, seperlima dari sektor transportasi sebanyak 24, diikuti otomotif sebanyak 18, energi 10 dan REIT 10.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News