kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Moody's pangkas rating Agung Podomoro (APLN) jadi B1


Selasa, 27 November 2018 / 21:24 WIB
Moody's pangkas rating Agung Podomoro (APLN) jadi B1
ILUSTRASI. Podomoro Park


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's Investor pangkas rating PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dari Ba3 menjadi B1, dengan prospek stabil, Selasa (27/11). Tak hanya itu, peringkat obligasi yang diterbitkan anak usahanya yakni APL Ralty Holdings Pte.Ltd ikut terpangkas menjadi B1.

"Penurunan peringkat mencerminkan ekspektasi kami terhadap (kemampuan bayar) utang Agung Podomoro melemah ke level yang tidak lagi konsisten seperti saat berada di peringkat Ba3," kata Vice President and Senior Credit Officer Moody's yakni Jacintha Poh di Singapura, Selasa (27/11), dalam rilisnya.

Menurutnya, penurunan peringkat terjadi lantaran tingkat penjualan atau pemasaran emiten itu berada di level rendah. Ditambah lagi, arus kas APLN untuk 12-18 bulan ke depan diproyeksi hanya mengandalkan penjualan satu blok saja, yang mana lebih setara dengan karakteristik pengembang yang memiliki peringkat -B.

"Meskipun begitu, kami berharap Agung Podomoro dapat terus menciptakan recurring cash flow, sehinga mampu menutup 0,9x-1,0x bungan pinjaman pada 2018 dan 2019," ungkap Poh.

Dalam laporan Moody's disampaikan, dalam 10 bulan pertama 2018 Agung Podomoro berhasil meraup keuntungan dari penjualan sebanyak Rp 2,3 triliun. Meskipun, untuk mencapai angka tersebut emiten terus menggenjot permintaan lewat promosi dan memberikan diskon khusus.

Capaian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan perolehan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 1,9 triliun. Sayangnya, meskipun penjualan tumbuh di 2018 namun angka tersebut masih di bawah ekspetasi Moody's yakni Rp 3,5 triliun. Kondisi tersebut, sekaligus mencerminkan bahwa permintaan konsumen masih cukup lemah.

Dengan demikian, Moody's menganggap peningkatan penjualan yang kuat dalam dua tahun terakhir, tidak akan berulang di tahun ini. Lebih lanjut, lembaga pemeringkat tersebut memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga kredit dan risiko politik menjelang pemilihan presiden di 2019 dapat menahan minat pembeli rumah dan bakal membatasi penjualan di 2019.

"Sehingga, untuk 12-18 bulan ke depan, EBITDA kemungkinan akan meningkat 4,0x-4,3x di 2018 dan 2019, dari catatan per 30 September 2018 yang masih berada di 3,7x. Sementara untuk bebanbunga diperkirakan akan turun sekitar 2,0x ddari 3,2x dari periode yang sama," ungkapnya.

Dalam laporan tersebut juga disampaikan, bahwa peringkat utang berpotensi lanjutkan tekanan jika perusahaan itu gagal menerapkan rencana bisnisnya dan mengeksekusi aset yang bakal dijual. Selain itu, risiko pasar properti yang memburuk turut mengarahkan perusahaan itu pada pelemahan kinerja operasional dan kemampuan kredit.

"Risiko lainnya yakni, perusahaan tidak memiliki cukup kas dan komitmen kuat untuk menutup kewajiban utang jangka pendeknya," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×