Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Moody's Investors Service menegaskan, prospek penerbit utang di Indonesia baik pemerintah, korporasi, maupun institusi keuangan secara umum akan tetap stabil. Meskipun, Indonesia akan memasuki masa pemerintahan baru dan tantangan ekonomi dari eksternal menghantui.
Dalam rilis resminya, Selasa (14/9), Rahul Ghosh, Vice President and Senior Research Analyst Moody's mengatakan, prospek stabil di beberapa kuartal mendatang ditopang keseimbangan baru makroekonomi, fundamental kredit yang sehat secara umum, ditambah akan adanya penurunan ketidakpastian kondisi politik.
Dia melihat, risiko Indonesia dari luar negeri, datang dari rencana Amerika Serikat yang menormalisasi kebijakan ekonominya. Begitu juga pelambatan ekonomi China yang akan berdampak pada permintaan komoditas Indonesia. "Tapi, tekanan eksternal belum memberi imbas merusak pada keseluruhan kualitas kredit Indonesia," tulis Ghosh.
Ketidakpastian politik, menurut Moody's, sudah tercermin sejak pertengahan tahun sekitar pemilihan umum. Jika pemerintah baru di bawah Joko Widodo dan Jusuf Kalla mau mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan mengurai ketimpangan infrastruktur, akan menjadi sentimen positif baik untuk pemerintah dan sektor infrastruktur hingga minyak dan gas.
Moody's paham, presiden terpilih Jokowi harus membangun kerjasama dengan parlemen. Saat ini, dampak hubungan keduanya yang dianggap kurang akur, masih belum berdampak pada ekonomi.
Moody's yang menyematkan rating Indonesia Baa3 stabil, melihat korporasi yang di-rating juga cukup kuat menyerap tantangan eksternal. Dari 30 korporasi yang dinilai Moody's, sebanyak 28 di antaranya menyandang prospek stabil.
Hanya dua perusahaan mendapat rating negatif, yaitu PT Berau Coal Energy Tbk dan PT Indika Energy Tbk, lantaran perusahaan ini memiliki beban utang tinggi dan operasional yang lemah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News