kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Moody's akan pangkas rating 120 emiten


Sabtu, 23 Januari 2016 / 10:04 WIB
Moody's akan pangkas rating 120 emiten


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga minyak yang masih bergerak di sekitar US$ 30 per barel mendorong Moody's Investor Service meninjau kembali pemeringkatan perusahaan-perusahaan sektor minyak dan tambang. Lembaga pemeringkat ini meninjau ulang rating 120 perusahaan minyak dan gas di seluruh dunia untuk kemungkinan penurunan peringkat.

Dari total perusahaan tersebut, tujuh perusahaan berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia, Moody's akan meninjau peringkat utang jangka panjang PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dan unsecured medium term notes PT Pertamina.

Vikas Halan, VP Senior Credit Officer Moody's Singapura, dalam pengumuman rating mengatakan, harga minyak kemungkinan akan pulih lebih lambat ketimbang ekspektasi.

"Dengan skenario moderat pemulihan harga pun, kinerja perusahaan-perusahaan produksi dan jasa minyak yang mendukung akan tertekan dengan aliran kas yang jauh lebih tipis," kata Halan.

Moody's juga tengah meninjau penurunan peringkat atas tiga perusahaan tambang di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ketiga perusahaan ini adalah Vedanta Resources Plc, Vinacomin Holding Corporation Limited, dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

VP & Senior Analyst Moody's Brian Grieser mengatakan, prospek penurunan peringkat ini merupakan dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi China yang merupakan pembeli sekaligus produsen setidaknya setengah dari pasar logam dasar, pembeli utama logam mulia, bijih besi dan thermal coal.

"Melemahnya permintaan komoditas tersebut menyeret harga ke level terendah," kata Grieser.

Pengaruh ekonomi China melampaui negara-negara lain di pasar komoditas. Oleh karena itu, perlambatan ekonomi pun menekan bisnis perusahaan tambang. Moody's saat ini menempatkan INDY pada rating B3.

Penurunan peringkat nantinya akan berlaku bagi seluruh utang INDY, termasuk utang obligasi senior dalam mata uang asing yang diterbitkan Indo Energy Finance BV dan Indo Energy Finance II BV.

Bulan lalu, INDY membeli kembali surat utang senilai US$ 128,57 juta dari total utang pokok utang US$ 300 juta. Surat utang yang dibeli kembali ini akan jatuh tempo tahun 2018. Pembelian kembali dilakukan oleh anak usaha, Indo Energy Finance BV.

Sedang Indo Energy Finance II memiliki utang obligasi US$ 500 juta yang akan jatuh tempo tahun 2023. Kinerja keuangan Indika pun masih suram hingga akhir September 2015.

Meski mencatat pertumbuhan pendapatan 7,64% menjadi US$ 845 juta, INDY masih mencetak kerugian US$ 25,44 juta. Kerugian ini melonjak ketimbang kerugian akhir September 2014 sebesar US$ 9,70 juta. Kemarin, saham INDY naik 2,78% ke level Rp 111 per saham. Sedangkan saham ENRG masih mentok di harga Rp 50 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×