Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Harga kontrak minyak dunia berakhir rebound dari posisi terendahnya dalam 5,5 tahun terakhir tadi malam (30/12). Berdasarkan data yang dihimpun Reuters, harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) ditutup dengan kenaikan 51 sen menjadi US$ 54,12 per barel. Padahal, pada Selasa pagi, harga kontrak yang sama sempat jatuh hingga ke level US$ 52,70 sebarel.
Sedangkan harga kontrak minyak Brent naik 12 sen menjadi US$ 58 sebarel. Harga minyak Brent juga sempat menyentuh posisi terendahnya dalam 5,5 tahun pada transaksi pagi dengan melorot US$ 1,14 per barel menjadi US$ 56,74 per barel. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2009.
Kenaikan harga minyak disebabkan oleh adanya kecemasan baru yang dirasakan investor di mana gangguan produksi minyak di Libya akan mempengaruhi suplai di pasar global.
Pasar minyak dunia memang mengalami oversuplai produksi pada tahun ini seiring meningkatnya minyak dengan kualitas tinggi, produksi minyak serpih di AS, menurunnya konsumsi akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan kompetisi dari bahan bakar alternatif.
Di Libya, adanya pertikaian antara sejumlah pihak yang bertikai menyebabkan ditutupnya tempat pelabuhan pengantaran minyak dan terminal pada bulan ini. Kondisi itu menyebabkan tingkat ekspor dari salah satu negara anggota OPEC tersebut berkurang.
PMV Oil Associates analyst Tamas Varga mengatakan, pasar minyak masih akan dilanda aksi jual, di mana faktor bearish masih mengontrol pasar. "Tren harga minyak masih turun dan tidak direkomendasikan untuk tidak mengikuti tren ini," jelasnya.
Sedangkan analis teknikal Reuters Wang Tao memprediksi, harga minyak Brent akan turun ke level US$ 54,98. Sedangkan harga minyak WTI diprediksi turun ke posisi US$ 52,10 sebarel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News