Reporter: Agus Triyono, Sunarti Agustina, Cindy Silviana Sukma | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga sejumlah komoditas selama bulan Juli bergerak variatif. Harga minyak memimpin kenaikan 8,91% dalam sebulan. Namun, nasib buruk melanda harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) yang turun 4,44%.
Lalu, apakah yang menjadi faktor penyebabnya dan bagaimana perkiraan harga komoditas energi selama Agustus ini? Berikut ulasannya:
- Emas
Kinerja emas tampak bersinar setelah anjlok di akhir Juni. Harga emas mencatat kenaikan 7,10% sepanjang bulan Juli dan ditutup pada harga US$ 1.313 per ons troi. Harga emas masih mencoba bertahan di atas level US$ 1.300 sepanjang bulan Agustus ini.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, emas mendapatkan kekuatan dari pergerakan teknikal pada bulan lalu. Ini terjadi setelah harga emas terjerembab ke level harga terendahnya dalam beberapa tahun belakangan.
Selain itu, permintaan emas fisik di China dan India serta sejumlah bank sentral di Asia Timur dan Eropa turut menopang harga emas. "Penguatan lain juga ditopang oleh ambigunya sikap Federal Reserve soal kebijakan stimulus moneter mereka," katanya.
Ariston memperkirakan, harga emas akan melanjutkan kenaikannya pada awal Agustus ini, walaupun, tingkat penguatannya tidak akan sebesar Juli. Penguatan tersebut masih disebabkan oleh ambigunya kejelasan sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve.
Namun, di akhir Agustus penguatan tersebut akan berkurang. Bayang-bayang pengurangan dan penarikan stimulus AS yang akan dilakukan September nanti dan melambatnya kinerja ekonomi China dan India akan membuat penguatan harga emas terhenti pada akhir Agustus nanti.
Ariston memperkirakan, harga emas akan menguat tipis di kisaran US$ 1.260-US$ 1.365 per ons troi di akhir Agustus dan melemah ke level US$ 1.300 di akhir tahun.
- Minyak
Harga minyak selama bulan Juli berada di kinerja puncak tahunannya. Harga emas bahkan sempat menyentuh angka tertinggi dalam 16 bulan terakhir di US$ 107,87 per barel.Harga minyak melandai pada akhir bulan. Namun, harga minyak untuk pengiriman September 2013 mencatat kenaikan 8,91% sepanjang Juli.
Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures beberapa waktu lalu mengatakan, harga minyak mendapatkan banyak sentimen positif dari memanasnya kondisi politik di beberapa negara di kawasan Timur Tengah, termasuk Mesir. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran pasar atas kemungkinan gangguan produksi dan distribusi minyak.
Optimisme pasar bahwa pulihnya kinerja ekonomi AS bakal meningkatkan permintaan minyak dunia juga membuat penguatan harga minyak tidak terbendung. "Namun, menjelang akhir bulan kenaikan harga minyak akhirnya terhenti," kata Zulfirman.
Firman memperkirakan, kecemerlangan pergerakan harga minyak bulan lalu tidak akan berlanjut sampai Agustus ini. Meskipun pada awal Agustus minyak masih akan mendapatkan sentimen positif dari kekhawatiran pasar terhadap krisis politik di Timur Tengah, bayang- bayang kecemasan pasar bahwa Federal Reserve akan benar-benar mengurangi stimulus moneter membuat minyak bergerak datar cenderung lemah.
Firman memperkirakan, sampai akhir Agustus minyak akan bergerak sideway cenderung melemah di kisaran harga US$ 97-US$ 107 per barel. Sementara itu sampai akhir tahun, minyak diperkirakannya akan melemah di level US$ 100 per barel.
- Batubara
Tidak seperti emas dan minyak yang bangkit dari harga terendah akhir Juni, harga batubara melanjutkan pelemahan sepanjang Juli. Harga batubara untuk pengiriman Agustus 2013 melemah 1,03% menjadi US$ 77,05 per ton. Hingga akhir pekan lalu, harga batubara ditutup di level US$ 77,7 per ton.
Wahyu Tribowo Laksono, analis Megagrowth Futures mengatakan, harga batubara tertekan stok yang melimpah dan melempemnya kinerja ekonomi China yang merupakan konsumen terbesar.
Tekanan yang tidak kalah kuat juga datang dari isu pencemaran lingkungan yang membuat beberapa negara memutuskan untuk mengalihkan sumber energi dari batubara ke sumber energi ramah lingkungan. Beruntung, di akhir bulan pelemahan harga batubara tertahan naiknya permintaan batubara di AS.
Wahyu memperkirakan, harga batubara masih bergerak limbung bulan ini. Banyaknya sentimen negatif yang membebani pergerakan harga, seperti tingginya persediaan batubara dunia, lesunya permintaan dan isu lingkungan akan menyeret harga.
Menurut perkiraan Wahyu, harga batubara akan ditutup di kisaran US$ 70-US$ 80 per metrik ton pada akhir Agustus dan melemah ke US$ 80 per metrik ton di akhir tahun.
- CPO
Catatan buruk menimpa harga CPO sepanjang Juli. Harga CPO turun 4,44% dan ditutup pada RM 2.167 per ton di akhir Juli. Ini merupakan level harga terendah dalam tiga tahun terakhir.
Ariston mengatakan, selama Juli CPO tertekan tingginya produksi dan pasokan CPO Malaysia. Tekanan lain datang dari kekhawatiran pasar bahwa muramnya prospek pemulihan ekonomi China dan India akan menekan permintaan. "Tekanan bertambah setelah CPO kehilangan topangan berakhirnya bulan ramadhan," katanya.
Ariston memperkirakan, tekanan CPO masih akan terjadi Agustus ini. Dia memprediksi, harga CPO akan tertekan di kisaran RM 2.140- RM 2.350 per metrik ton Agustus ini dan melemah di level RM 2.200 per metrik ton sampai akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News