kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minim sentimen, tembaga rentan koreksi


Senin, 24 Oktober 2016 / 07:22 WIB
Minim sentimen, tembaga rentan koreksi


Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pernyataan Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi pada Kamis (20/10) lalu ternyata menyeret turun sebagian besar harga komoditas, tak terkecuali tembaga.

Mengutip Bloomberg, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange pada Jumat (21/10) turun 0,36% menjadi US$ 4.635 per metrik ton. Dalam sepekan, harganya anjlok sekitar 0,85%.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, efek pernyataan Draghi memang memicu penurunan harga komoditas, tak terkecuali tembaga. "Apalagi stimulus Eropa baru akan disesuaikan setelah The Federel Reserve menaikkan suku bunga di Desember 2016," kata dia.

Ibrahim menjelaskan, realisasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit pada kuartal I-2017 membuat bank sentral Eropa memilih menahan stimulus. Maklum, selama ini Inggris, bersama Jerman, banyak membantu keuangan Uni Eropa.

"Ini akan membuat Uni Eropa kurang modal untuk jor-joran menggelontorkan stimulus," tambah dia. Dampaknya, konsumsi komoditas, termasuk tembaga, diprediksi bakal terpengaruh.

Apalagi, permintaan dari China, yang merupakan konsumen tembaga terbesar di dunia, masih mini, lantaran ekonomi Negeri Panda tersebut belum juga pulih. Di sisi lain, pasokan produksi tembaga ikut membengkak.

Rilis International Copper Study Group menyebut, produksi tembaga dunia di semester I-2016 justru melejit 4,5% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Ternyata, gangguan produksi di tambang Afrika dan Filipina belum berpengaruh.

Krisis di tambang Cile pun dinilai belum mampu menyelamatkan harga tembaga. Selain ikut terseret penurunan harga komoditas secara umum, harga tembaga juga tercoreng setelah data consumer price index AS di luar sektor makanan dan energi hanya tumbuh 0,1%.

Penjualan ritel Inggris pun tak sesuai ekspektasi, hingga membuat tembaga kian rentan koreksi. Secara teknikal harian, Ibrahim melihat bollinger bands dan moving average (MA) berada 30% di atas bollinger bawah. Namun, harga tembaga masih tertahan oleh indikator stochastic dan moving average convergence divergence (MACD) yang berada di area 60% negatif.

"Sementara ini indikator relative strength index (RSI) masih wait and see, menunggu perkembangan kenaikan suku bunga The Fed nanti," ujar dia.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ibrahim memproyeksi hari ini (24/10), harga tembaga akan kembali melemah dan bergerak di kisaran US$ 4.565–US$ 4.650 per metrik ton. Sedangkan sepekan ke depan, dia melihat harga tembaga akan bergerak di antara US$ 4.400–US$ 4.780 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×