Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NUSA DUA. Sebagai pengekspor pasir timah terbesar di dunia, Indonesia mulai berandil menentukan harga acuan timah dunia. Meskipun, pergerakan harga timah juga dipengaruhi katalis global.
Megain Widjaja, Chief Executive Officer PT Bursa Komoditi dan Derivative Indonesia (ICDX) menuturkan, dalam kurun tiga tahun terakhir, pelaku pasar dunia sudah bergantung pada Indonesia sebagai rujukan harga timah.
"Perhatikan saja harga timah di ICDX hari ini, besoknya harga timah di London Metal Exchange (LME) akan mengikuti," terangnya pada acara Indonesia Tin Conference & Exhibition 2016 yang bertempat di Nusa Dua, Bali.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Bachrul Chairi memandang, Indonesia sudah sepatutnya jadi penentu harga timah dunia. Maklum, sekitar 70%-80% pasokan timah global bersumber dari Tanah Air. "Kita dari pricetaker jadi pricemaker," ujarnya.
Kendati begitu, tak semua ekspor timah Indonesia melalui jalur legal. Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) menduga, ada kebocoran ekspor timah sebesar 1.000 ton hingga 1.500 ton setiap tahun.
Jabin Sufianto, Ketua Umum AETI mengatakan, kecurigaan tersebut bersumber dari data ekspor domestik yang tidak sesuai dengan data impor negara lain. Malaysia menyebut masih menerima pasokan pasir timah dari Indonesia.
Tahun 2015, China juga merilis data impor pasir timah dari Indonesia sebesar 19,5 ton. Padahal sejak 2007, ekspor pasir timah sudah dilarang. Oleh karena itu, Jabin menyarankan pemerintah merevisi peraturan ekspor mineral.
"Sayangnya hanya diatur dagangnya melalui ICDX. Tapi tidak dicek apakah pengiriman sesuai dengan nilai ekspor yang tercantum," jelasnya.
Pergerakan harga
Harga timah terus melaju, salah satunya dipengaruhi oleh keringnya pasokan dari Tanah Air. Mengutip Bloomberg, Senin (19/9), harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 1,30% ke US$ 19.350 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Dibandingkan dengan akhir 2015, harga timah sudah melambung 32,94%. Menanggapi laporan AETI, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim bilang, sulit memberantas ekspor timah ilegal secara menyeluruh.
Namun meski kebocoran ekspor timah terus berlangsung, pada kenyataannya ekspor timah Indonesia terus merosot. Sepanjang delapan bulan 2016, ekspor timah Indonesia menurun 16% menjadi 38.343 ton dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Ekspor ilegal sulit diberantas terutama dalam bentuk pasir, tapi pada akhirnya pergerakan harga timah akan kembali pada permintaan dan pasokan secara global," tutur Ibrahim.
Jika pasokan mengering, harga timah tetap berada dalam tren bullish. Sebagai gambaran, di akhir Agustus 2016 lalu stok timah di London Metal Exchange turun 50% menjadi 2.975 ton atau level terendah sejak November 2008.
Hanya saja, Ibrahim mengingatkan prospek ekonomi Amerika Serikat dan pergerakan USD akan membayangi harga timah. Jika dalam waktu dekat, The Fed belum menaikkan suku bunga, harga timah akan menuju US$ 20.000 per metrik ton di akhir tahun.
Tapi jika The Fed menaikkan suku bunga Desember nanti, harga akan tersungkur ke US$ 13.000 per metrik ton. Kamis (22/9), Ibrahim memprediksikan harga timah bergerak di kisaran US$ 18.700-US$ 19.465 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
