Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Otot yen melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Minimnya katalis dari Negeri Sakura memicu yen cenderung tertekan, apalagi terhadap dollar AS.
Di pasar Spot, Kamis (16/1) hingga pukul 17.00 WIB, pasangan mata uang USD/JPY menguat 0,14% menjadi 104,71. Lalu, pasangan EUR/JPY naik 0,28% ke level 142,66. Namun, pasangan AUD/JPY melemah 1,2% menjadi 92,09.
Dollar AS menguat terhadap yen dalam tiga hari, dan merupakan penguatan terpanjang dalam bulan ini. Ini lantaran pasar masih menanti sejumlah data ekonomi AS, seperti klaim pengangguran dan manufaktur yang dirilis Jumat malam (16/1).
Mata uang Jepang ini jatuh cukup dalam pada tahun lalu, setelah Bank of Japan (BoJ) membeli utang pemerintah lebih dari ¥ 7 triliun atau setara US$ 66,8 setiap bulan untuk mencapai inflasi sebesar 2%. Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda menyebut, akan meneruskan pelonggaran kebijakan sampai harga stabil dan program stimulus berdampak.
Analis Soegee Futures, Nizar Hilmy menambahkan, yen keok melawan dollar AS, karena data ekonomi AS yang dirilis sebelumnya cukup bagus. Selain itu, pernyataan dari salah satu anggota The Fed, Charles Evans, mendukung pemangkasan stimulus moneter, sehingga menguatkan dollar AS.
Bahkan, Nizar memprediksi, dollar AS masih akan menguat dalam jangka panjang, karena data klaim pengangguran dan tingkat inflasi AS bakal membaik. Jika sesuai harapan, maka bisa semakin mendukung langkah tapering lanjutan. "Tapi kalau dibawah prediksi, dollar AS akan terkoreksi sedikit. Tapi, ke depan, akan tetap kuat," ungkapnya.
Analis Harvest International Futures, Tonny Mariano melihat, yen tertekan terhadap euro, karena perbedaan kebijakan antara BoJ dengan EBC (European Central Bank). "Secara keseluruhan tren mata uang yen melemah," paparnya.
Sementara, analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir memaparkan, yen secara mengejutkan mampu menguat terhadap aussie, lantaran data tenaga kerja Australia mengecewakan. Hal itu memicu investor khawatir terhadap momentum ekonomi Australia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News