Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pamor Non Fungible Token (NFT) kian memudar. Namun nasib aset digital tersebut diyakini masih akan tetap hidup.
Melansir blockchain DappRadar, penjualan NFT pada kuartal III-2022 hanya sebesar US$ 3,4 miliar. Padahal, penjualan tercatat sebesar US$ 8,4 miliar di kuartal II-2022 dan sebesar US$ 12,5 miliar di kuartal I-2022.
Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir menjelaskan, tren menurunnya minat terhadap NFT tersebut hanya bersifat sementara. Sebab, NFT memiliki potensi yang sangat besar, dimana aset seni tersebut belum sepenuhnya tereksplorasi
"Tentunya, harapan ke depannya investor juga menjadi lebih bijak dalam membeli NFT," kata Christopher saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (27/10).
Baca Juga: NFT Beku Terkena Efek Crypto Winter
Christopher bilang, kurangnya apresiasi terhadap NFT menjadi alasan turunnya pamor NFT. Apresiasi NFT dinilai masih belum setinggi apresiasi karya seni fisik.
"Ketika NFT unik namun tidak memiliki kegunaan, ini praktis NFT-nya tidak berguna, karena tidak banyak orang yang antusias untuk mengkoleksinya," ucapnya.
Karena itu, Menurut Christopher pemaknaan NFT sebaiknya bukan untuk menjadi aset investasi. Namun lebih fokus pada nilai seninya. Di dalam negeri, bahkan dianggap masih terlalu dini mengoleksi NFT. Hal itu menilai apresiasi untuk seni fisik saja masih gamang, apalagi untuk seni dalam dunia maya.
Direktur Art Moments Jakarta, Sendy Widjaja meyakini bahwa industri NFT tidak akan lenyap seperti hal-hal yang sering ngetren lalu mati ditinggalkan. Disamping menikmati karya seni NFT, dia berpikir bahwa NFT dapat menjadi salah satu aset investasi jangka panjang.
"Investasi sifatnya long-term jadi jangan berpikir seperti dagang," ungkap Sendy dalam acara NFT Art Prized Moments di Jakarta, (27/10).
Sendy menilai bahwa investasi pada NFT baru bisa menghasilkan dalam 15-20 tahun ke depan. Dengan demikian, dirinya juga konsisten mendukung pegiat seni agar Industri ini dapat bertahan, dengan cara mengkoleksi hasil karya pemenang kompetisi.
Guna mencari potensi kreator NFT tersebut, Sendy bersama tim menggelar perlombaan karya seni digital yakni Art Moments Jakarta yang merupakan salah satu bursa seni terbesar di Indonesia untuk memberikan penghargaan pada seniman dan kreator digital.
Baca Juga: Sempat Hits, Pasar NFT Kini Terus Menurun
Acara tersebut diikuti oleh 183 karya seni, yang kemudian dikurasi menjadi 4 pemenang. Perlombaan itu telah dimulai sejak 10 Agustus sampai 2 Oktober 2022.
Sementara Ketua tim dewan juri Art Prized Moments, Ruanth Chrisley menilai wajar bahwa masih rendahnya minat pasar NFT di Indonesia. Sebab, NFT Indonesia masih dalam tahap adopsi karya seni yang muncul dari negara-negara barat tersebut.
"Kita belum terekspos seperti negara lain, baik dari sisi kolektor ataupun kreator," imbuh Ruanth dalam kesempatan yang sama.
Namun, dia menuturkan bahwa beberapa seniman telah muncul dan berkontribusi bagi tumbuhnya industri NFT di Indonesia. Nama-nama seperti Suryanto, Dilla Maharani dan Tommy Chandra diungkapkan pernah menjual karyanya dengan harga di atas 7-8 ethereum. Nilai tersebut apabila dirupiahkan setara dengan Rp 500-600 juta untuk penjualan 1 karya seni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News