kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Minat Risiko Investor Membaik, Penawaran Lelang SUN Mencapai Rp 36,92 Triliun


Selasa, 02 Agustus 2022 / 18:36 WIB
Minat Risiko Investor Membaik, Penawaran Lelang SUN Mencapai Rp 36,92 Triliun
ILUSTRASI. Jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp 36,92 triliun pada lelang SUN hari ini, naik dari Rp 29,45 triliun di lelang dua pekan lalu.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat peserta lelang Surat Utang Negara (SUN) hari ini, Selasa (2/8) membaik. Hal ini tercermin dari kenaikan jumlah penawaran masuk dibandingkan lelang SUN dua pekan sebelumnya.

Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp 36,92 triliun. Angka tersebut naik dari penawaran lelang SUN sebelumnya yang hanya Rp 29,45 triliun. 

Direktur SUN DJPPR Deni Ridwan mengatakan, membaiknya minat peserta lelang hari ini tidak terlepas dari para investor yang mulai risk-on atau berminat pada aset berisiko pasca hasil FOMC meeting bulan Juli yang sesuai ekspektasi. Selain itu, juga muncul sinyal bahwa The Fed tidak akan seagresif sebelumnya dalam normalisasi kebijakan tingkat suku bunga. 

Baca Juga: Posisi Utang Pemerintah naik 1,69% MoM pada Akhir Juni 2022

“Membaiknya minat investor juga tercermin dari naiknya partisipasi investor asing pada lelang kali ini menjadi Rp 6,95 triliun, dari sebelumnya Rp 4,76 triliun atau naik 46%,” ujar Deni kepada Kontan.co.id, Selasa (2/8).

Deni menambahkan, minat investor asing mayoritas masih berada pada tenor 5 dan 10 tahun, dengan total awarded bids sebesar Rp 4,97 triliun atau 26,09% dari total penawaran yang masuk.

Sementara itu, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana menambahkan, membaiknya minat investor tidak terlepas dari turunnya risiko resesi global. Hal ini juga terlihat dari yield di pasar primer dan sekunder Amerika Serikat maupun beberapa negara Eropa lainnya yang mengalami penurunan. Pada akhirnya, ini mendorong risk appetite alias minat risiko investor.  

Baca Juga: Pergerakan Rupiah Hari Ini (1/8) Menanti Data Ekonomi Dalam Negeri

Ditambah lagi, likuiditas di dalam negeri yang masih melimpah juga mendorong kelompok perbankan untuk masuk ke pasar primer. Selain itu, masuknya Bank Indonesia pada lelang kali ini untuk menormalkan kurva yield SUN juga turut mendorong naiknya jumlah penawaran masuk.

“Seiring penerimaan negara yang bagus pada tahun ini, pemerintah pun akan menurunkan penerbitan surat utang, pada akhirnya ini semakin mendorong peserta untuk segera masuk ke pasar primer ketika kondisi pasar sudah lebih baik,” imbuh Fikri.

Seri FR0091 yang merupakan seri benchmark 10 tahun menjadi seri yang paling diburu pada lelang kali ini dengan nilai penawaran mencapai Rp 17,77 triliun. Dia menyebut, sebagai seri yang paling likuid, tak mengherankan FR0091 menjadi incaran para peserta lelang, khususnya dari kelompok perbankan.

Baca Juga: Lelang SUN Masih Diwarnai Ancaman Inflasi dan Kenaikan Suku Bunga

Selain mencatatkan jumlah penawaran yang naik, yield pada lelang hari ini secara umum juga jauh lebih baik dan kompetitif. Adapun, secara umum, weighted average yield atau yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan lebih rendah 8 bps hingga 52 bps dibandingkan lelang sebelumnya. Fikri menilai hal ini tidak terlepas dari kondisi pasar keuangan yang positif dalam sepekan terakhir.

Menurutnya, dengan yield yang jauh lebih kompetitif, pemerintah pun bisa jauh lebih agresif dalam memenangkan penawaran pada lelang kali ini. Pasalnya, pemerintah bisa mendapatkan cost of fund yang jauh lebih kecil. 

Hal tersebut dapat terlihat langkah pemerintah yang menyerap sebanyak Rp 19,06 triliun pada lelang kali ini, atau di atas target indikatif yang sebesar Rp 15 triliun. Padahal, pada lelang-lelang sebelumnya, pemerintah selalu menyerap di bawah target indikatif yang ditetapkan. 

“Keputusan ini mencerminkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan pembiayaan melalui SBN dilakukan secara oportunistik, fleksibel, serta mengedepankan prinsip kehati-hatian,” tutup Deni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×