kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

MI tidak tertarik membundel ORI 009


Rabu, 26 September 2012 / 06:08 WIB
MI tidak tertarik membundel ORI 009
ILUSTRASI. Cara mencegah penyakit jamur hitam antara lain rutin berolahraga setelah sembuh dari Covid-19.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Para manajer investasi (MI) menilai kupon obligasi negara ritel (ORI) seri 009 sebesar 6,25% tidak menarik. Akibatnya, MI enggan membundel ORI 009 dalam reksadana.

Kupon ORI 009 dinilai tidak berselisih jauh dengan bunga deposito. Apalagi, belum ada kejelasan mengenai pemberlakuan pajak reksadana berbasis obligasi sebesar 15%. Sebelumnya, Agus Martowardojo, Menteri Keuangan bilang, rencana itu akan ditunda. Namun hingga saat ini, beleid penundaan tersebut masih belum terbit.

Skema ORI 009 kali ini juga berubah yaitu adanya minimum holding period satu kali pembayaran kupon. Artinya, pemegang ORI 009 baru bisa menjual setelah tanggal 15 November.

Yohanis, Direktur Emco Asset Management berpendapat, besaran kupon ORI 009 kurang menguntungkan bagi investor. Menurutnya, dengan berbagai potongan pajak, investor hanya akan mendapatkan return mini. Apalagi, skema minimum holding period akan membuat pembelian ORI 009 oleh manajer investasi menjadi lebih mahal.

Emco Asset Management pun lebih memilih menempatkan dana kelolaan surat utang berbasis obligasi korporasi. Menurut Yohanis, produk obligasi korporasi masih menjanjikan keuntungan dibanding obligasi pemerintah. "Kami saat ini masih ambil bond dengan yield tinggi dan tenor lebih pendek," papar dia pada KONTAN.

Yohanis juga menilai, kupon ORI 009 agak sulit bersaing dengan deposito yang bisa menawarkan bunga 7%. Jika dihitung dengan potongan pajak dari reksadana terproteksi sebesar 5% dan potongan fee untuk manajer investasi, maka investor diprediksi hanya akan mendapatkan return 5,6%. "Menurut saya akan lebih menguntungkan kalau membeli ORI secara langsung," kata dia.

Risiko pajak

MI lain, CIMB Principal Asset Management, juga enggan membundel ORI 009 dalam produk reksadana. Alasan dia, tarif pajak pendapatan dari obligasi di tahun 2014 yang masih belum jelas.

"Kami masih menunggu aturan itu keluar. Karena kalau tidak diubah, maka kami tidak bisa membuat produk reksadana ini," kata Fadlul Imansyah, Vice President Head of Investment CIMB Principal Asset Management.Apalagi ORI 009 bertenor tiga tahun, artinya akan jatuh tempo di 2015.

Fadlul mengaku, sempat berminat membuat reksadana. Tapi setelah melihat penawaran kupon ORI 009, CIMB urung menerbitkan reksadana berbasis ORI 009. "Kuponnya tidak masuk hitungan kami dan kurang prospektif, kecuali kalau ada perubahan pajak. Kami masih belum berani masuk," papar dia.

Rudiyanto, Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management pun bilang belum ada rencana membuat produk berbasis ORI 009. Panin lebih memilih memperbanyak reksadana terbuka. Mereka menilai reksadana terbuka menjanjikan return tinggi. "Kalau Panin tidak terlalu fokus pada reksadana terproteksi karena investor tidak terlalu banyak yang berminat," ujar dia.

Tapi menurut Rudiyanto, prospek ORI 009 bagus. Pasalnya, imbal hasil surat utang saat ini masih sangat rendah yaitu di 5,45% untuk tenor yang sama.

Minat pada produk ini masih akan tinggi, terutama bagi investor ritel yang mau diversifikasi portofolio. "Sebetulnya produk reksadana terproteksi ORI masih ada peluang untuk digenggam," kata dia. Asal, pemerintah masih bisa menjaga tingkat inflasi di bawah 5%. Rudiyanto menilai ORI 009 masih sangat menguntungkan. Terlebih, bagi investor ritel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×