kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

MI ramai-ramai genjot nasabah ritel


Selasa, 23 Oktober 2012 / 15:48 WIB
MI ramai-ramai genjot nasabah ritel
ILUSTRASI. Pertamina EP temukan cadangan gas baru


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tingkat persaingan yang tinggi mendorong manajer investasi (MI) memutar otak untuk menarik para nasabah untuk berinvestasi pada reksadana besutannya. Salah satu strateginya adalah mengemas produk yang menarik dan terjangkau bagi nasabah ritel.

Hal inilah yang dilakukan oleh BNI Asset Management (BNI-AM). Pada awal tahun ini, BNI Asset Management mulai menggalakkan strategi distribusi produk ke nasabah ritel dengan menawarkan produk reksadana dengan setoran awal Rp 200.000-Rp 250.000 per bulan.

Idhamsyah Runizam, Direktur Utama PT BNI Asset Management bilang, sebelum tahun 2012, pihaknya sudah memiliki empat produk reksadana yang ditujukan untuk nasabah ritel. "Produk ritel pertama tahun 2012, meluncur Mei lalu, yaitu BNI-AM Terencana yang merupakan reksadana campuran yang memberikan sarana asuransi kepada nasabahnya," jelas Idhamsyah, Selasa (23/10).

Dia mengaku, dana kelolaan yang masuk pada reksadana tersebut masih dibilang kecil dan masih jauh dari target saat peluncuran yang dipatok sebesar Rp 200 miliar. "Dana kelolaan untuk BNI-AM terencana saat ini baru sebesar Rp 65 miliar," terang Idhamsyah.

Idhamsyah juga menghitung, proporsi nasabah ritel, hanya sebesar 30%-an dari total dana kelolaan BNI-AM yang sebesar Rp 6 triliun per 23 Oktober. "Padahal nasabah institusi memiliki risiko, yakni bila ada redemption, maka dana tarikannya akan besar, sehingga dana kelolaan bisa langsung jatuh cukup banyak," urainya.

Gaet bank swasta

Untuk menghindari hal tersebut, BNI-AM berencana mengerek jumlah nasabah ritel. Rencananya, tahun depan, pihaknya akan menggaet lima bank swasta nasional untuk menjual produk mereka.

"Prosesnya sebenarnya sudah dimulai dari sekarang. Namun sepertinya baru bisa rampung tahun depan," ungkap Idhamsyah. Diharapkan, adanya kerjasama dengan pihak bank bisa menaikkan kontribusi ritel sebesar 50% terhadap dana kelolaan total.

Langkah serupa juga dilakukan olej PT Indo Premier Asset Management. Menurut Diah Sofiyanti, Direktur Marketing PT Indo Premier Asset Management, pihaknya juga berniat menjalin kerjasama dengan pihak bank untuk bantuan distribusi produknya.

"Kami baru setahun berdiri dan berharap proporsi antara nasabah ritel dan institusi bisa seimbang," kata Dyah, Selasa (23/10).

Bahkan, untuk menembus nasabah ritel, pihak Indopremier mengecilkan harga 1 lot produk reksadana Exchange Traded Fund (ETF) menjadi Rp 150.000. "Kami mengusahakan produk reksadana ETF bisa diperjualbelikan di bank dan tidak hanya oleh broker saja. Namun untuk realisasinya, diperlukan peraturan dan aplikasi baru untuk penyesuaian penjualan reksadana ETF melalui perbankan," jelasnya.

Diah juga memberitahu, reksadana ritel lainnya yang berupa reksadana campuran dan reksadana pasar uang memberikan kemudahan kepada nasabah ritel dengan memberikan batas minimal setoran awal sebesar Rp 100.000 per bulannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×