Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas, Harris Hadinata, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Para investor di reksadana saham tidak perlu khawatir. Meskipun imbal hasil reksadana berbasis saham anjlok sepanjang Januari lalu, para manajer investasi (MI) sudah menyiapkan strategi untuk mengatasinya. Para MI mengocok ulang portofolio investasi mereka.
Direktur Panin Sekuritas Winston Sual menyatakan pihaknya sudah mulai melakukan penyesuaian portofolio saat melihat pasar saham mengalami penurunan di Januari lalu. Karena itulah reksadana Panin Dana Maksima tidak turun tajam.
Sepanjang Januari lalu, kinerja reksadana saham bikinan Panin Sekuritas tersebut cuma turun 5,74%. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi benchmark turun 7,95%.
Panin Sekuritas masih menerapkan strategi investasi yang sama dengan sebelum ini, yakni mengincar saham-saham dengan valuasi murah. "Ada beberapa saham yang sudah mengalami tekanan jual tinggi," jelas Winston pada KONTAN, kemarin (7/2).
Winston mengungkapkan sektor yang saat ini valuasinya sudah cukup murah antara lain sektor perbankan. Karena tekanan jual pada saham-saham perbankan sudah cukup tinggi, Winston menilai ada peluang penyesuaian harga.
Prospek bagus
Sektor lain yang cukup menarik saat ini adalah consumer goods. Sektor ini mengalami penurunan dalam lantaran pasar memperkirakan inflasi tinggi akan menyebabkan penurunan pendapatan. "Tapi nyatanya tingkat konsumsi dan kredit konsumsi cukup tinggi," kata Winston.
Direktur First State Investment Management Pututu Endro Andanawarih mengungkapkan hal serupa. Putut menilai consumer goods termasuk sektor yang kebal terhadap pengaruh BI rate.
First State memang akan lebih mengalokasikan portofolio ke sektor-sektor yang tidak sensitif terhadap perubahan BI rate. Selain consumer goods, sektor lain yang tahan terhadap perubahan BI rate adalah sektor komoditas. "Kedua sektor tersebut tidak terkena efek negatif perubahan BI rate," ujar Putut.
Para MI pun optimistis imbal hasil dari investasi reksadana berbasis saham akan kembali positif. Mereka berpendapat investor bisa memanfaatkan momen saat ini untuk kembali masuk ke reksadana berbasis saham atau menambah investasi mereka. "Sebenarnya saat ini merupakan peluang bagi investor yang percaya ekonomi Indonesia ke depan akan bagus," sebut Putut.
Winston mengakui pasar saham masih menghadapi risiko tekanan jual. Namun menurutnya IHSG sudah mengalami penurunan cukup dalam, sehingga akan ada penyesuaian. Dus, peluang IHSG untuk rebound terbuka. Selain itu, "Lebih baik masuk lebih cepat daripada menunggu-nunggu ternyata malah ketinggalan kereta," ujarnya.
Namun analis Invofesta Utama Edbert Suryajaya menyarankan agar investor jangan dulu menaruh investasi dalam jumlah besar di reksadana saham. "Sebaiknya taruh dulu di reksadana yang lebih likuid seperti reksadana pasar uang," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News