kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski Pasokan Melimpah, SBN Tetap Jadi Idola


Rabu, 16 Desember 2009 / 10:20 WIB
Meski Pasokan Melimpah, SBN Tetap Jadi Idola


Sumber: KONTAN | Editor: Test Test

JAKARTA. Tahun depan, jumlah penerbitan obligasi negara atau Surat Berharga Negara (SBN) bakal jauh lebih besar ketimbang tahun ini. Pemerintah mematok target penerbitan obligasi negara bruto (gross) sebesar Rp 175 triliun pada 2010. Dari jumlah itu, sekitar Rp 67,63 triliun akan digunakan untuk melunasi surat utang yang jatuh tempo.

Sementara itu, pemerintah akan melakukan pembelian kembali (buyback) senilai Rp 3 triliun. Dus, nilai penerbitan bersih obligasi negara mencapai Rp 104,37 triliun.

Sekadar pembanding saja, tahun ini pemerintah menerbitkan obligasi negara bruto sebanyak Rp 144,54 triliun. Sementara, penerbitan obligasi negara bersih Rp 99,3 triliun. Dus, jumlah penerbitan SBN secara bruto dan neto tahun depan akan naik masing-masing 21% dan 5%.

Pemerintah akan membagi penerbitan surat utang itu dalam beberapa opsi. Pertama, menerbitkan sukuk ritel pada Februari 2010. Sayang, hingga kini, pemerintah belum menetapkan berapa nilai sukuk tersebut. Dahlan Siamat, Direktur Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan mengatakan, pemerintah akan merancang penerbitan sukuk ritel ini pada Januari 2010.

Ongkos lebih mahal

Tak hanya itu, pemerintah juga merencanakan penerbitan sukuk global senilai US$ 750 juta. "Setiap tahun selalu ada rencana mengeluarkan obligasi dolar AS," imbuh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto, tanpa memerinci nilainya.

Menurut dia, tahun depan, pemerintah masih mempunyai beberapa alternatif sumber pembiayaan lain. "Pemerintah kemungkinan akan menerbitkan sukuk berbasis proyek di 2010," ucap Rahmat. Pemerintah akan menempuh strategi ini sebagai bagian dari diversifikasi pembiayaan anggaran negara.

Kini, pemerintah juga masih mempunyai dana pinjaman siaga (standby loan) dari World Bank, International Monetary Fund (IMF), Japan Bank for International Corporation (JIBC), Asian Development Bank (ADB), dan pemerintah Australia.

Sayangnya, niat pemerintah membanjiri pasar obligasi negara harus berhadapan dengan ancaman kenaikan inflasi tahun depan, yang juga akan memicu kenaikan suku bunga. Imbasnya, pemerintah harus memberikan imbal hasil (return) yang lebih tinggi jika ingin penerbitan obligasi terserap oleh pasar.

Namun, beberapa analis masih yakin permintaan surat utang masih sangat besar di tahun 2010. Permintaan itu berasal dari asuransi, dana pensiun, dan reksadana. "Ini belum termasuk investor yang akan melakukan debt switch dari obligasi," ujar Handy Yuniarto, Analis Mandiri Sekuritas.

Meski begitu, dia juga melihat, pemerintah harus merogoh kocek lebih dalam untuk menarik minat para investor. "Ya, pembayaran yield akan sedikit mahal jika dibandingkan tahun ini," katanya.

Namun, Ronny Wicaksono, analis PT Penilai Harga Efek Indonesia mengatakan, pemerintah pasti mempunyai strategi tertentu agar surat utang bisa diterbitkan dengan yield yang bagus. "Apalagi, pemerintah masih mempunyai opsi pinjaman di luar penerbitan obligasi," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×