kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski Banyak Sentimen, Harga Minyak Masih Tertahan


Selasa, 20 Juli 2010 / 07:30 WIB
Meski Banyak Sentimen, Harga Minyak Masih Tertahan


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kekhawatiran terhadap terjadinya resesi di AS serta perlambatan ekonomi China menahan pergerakan harga minyak mentah dunia. Hingga pukul 18.20 WIB, minyak mentah untuk kontrak pengiriman September 2010 di Pasar NYMEX-AS masih bergerak di US$ 76,53 per barel, atau hanya naik tipis dari level sebelumnya US$ 76,38 per barel.

Analis Harumdana Berjangka Nizar Hilmy menilai, minyak saat ini masih berada di range konsolidasi di kisaran US$ 75 hingga US$ 78 per barel. Penyebabnya, banyak data yang mengindikasikan perlambatan ekonomi AS. Bahkan beberapa waktu lalu, the Federal Reserve, merevisi proyeksi penurunan ekonomi di 2010. Sentimen pasar kian negatif setelah Jumat (16/7), indeks kepercayaan konsumen turun tajam dari 76,0 menjadi 66,5 pada Juli. Belum lagi, ada proyeksi dari China Securities Journal yang memperkirakan pertumbuhan ekspor China di semester kedua 16%, turun dari semester pertama 35%.

Menurut Nizar, perlambatan ekonomi di kedua negara pengonsumsi minyak terbesar di dunia ini jelas memengaruhi permintaan minyak dunia. Alhasil, kenaikan harga minyak ikut tertahan.

Sentimen musim badai

Namun, lanjut Nizar, kemelorotan harga minyak cukup tertahan sentimen musim badai. Bulan lalu, Energy Information Administration (EIA) memproyeksikan musim badai kali ini berpotensi mengurangi produksi minyak di teluk Meksiko hingga 26 juta barel. "Kalau pasokan berkurang, sementara permintaan cenderung tetap, akan memengaruhi harga minyak, ini faktor yang mendukung minyak," katanya.

Vice President Riset Valbury Asia Futures, Nico Omer Jonckheere menyebut saat ini minyak masih bergerak sideways di kisaran lebar US$ 70-US$ 80 per barel. “Pasar masih menunggu perkembangan berikutnya. Jika pasar modal terkoreksi signifikan, harga minyak akan jatuh,” jelas Nico. Menurutnya, perlambatan ekonomi menahan kenaikan harga.

Sementara, kejatuhannya sedikit tertahan driving seasons (musim berkendara) dan gelombang panas di AS, yang menyebabkan orang butuh lebih banyak bahan bakar untuk pendingin ruang.

Selain itu kata Nico, ada sedikit kenaikan produksi minyak dari anggota OPEC. Bloomberg mencatat, kenaikan total produksi minyak mentah Oman dalam lima bulan pertama 2010, mengalami kenaikan dari sebelumnya 119,3 juta barel menjadi 129,8 juta barel. Menurut Departemen Ekonomi Nasional AS, tingkat ekspor minyak Oman juga melonjak 15,1% selama lima bulan pertama mencapai 112.600.000 barel dibanding periode yang sama tahun lalu 97.800.000 barel. Catatan saja, Oman mengekspor minyak ke sejumlah negara seperti Jepang, Thailand, China, dan Singapura.

Pergerakan pasar saham masih akan menjadi indikator pergerakan minyak. Nizar dan Nico memprediksi pergerakan minyak hari ini belum lepas dari kisaran US$ 75-US$ 77 per barel. Sementara, Victor Shum dari Purvin & Gertz Inc., sebagaimana dikutip Bloomberg, kemarin, mengatakan saat ini pasar minyak tidak begitu panas dan juga tidak terlalu dingin. "Jadi sepertinya akan tetap di kisaran pertengahan US$ 70-an," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×