Reporter: Kun Wahyu Winasis, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) menutup gerai retail premium Harvey Nichols (HN) sejak tanggal 31 Oktober lalu. Penyebab penutupan gerai yang menjual produk fashion supereksklusif itu tak lain karena penjualan yang tak memuaskan. "Sejak dibuka tahun 2008, kontribusi HN ke penjualan perusahaan hanya 1%," ujar Fetty Kwartati, Sekretaris Perusahaan MAPI, kemarin (1/11).
Fetty menambahkan, department store asal Inggris itu selama ini hadir untuk memenuhi kebutuhan produk fashion masyarakat kelas atas. Namun, ternyata, konsumen yang diincar HN lebih suka berbelanja ke luar negeri. HN pun sulit mencapai target penjualan. Fetty menambahkan, timing pembukaan gerai HN di Indonesia juga kurang pas, yaitu 31 Oktober 2008, tak lama setelah krisis finansial.
Fetty enggan mengungkapkan nilai kerugian MAPI akibat penutupan HN. Ia hanya menyebut, nilainya tidak besar karena pemilik Grand Indonesia (GI) juga turut mengeluarkan dana untuk pembangunan gerai HN. MAPI juga dibebaskan dari biaya sewa ruang seluas 10.000 meter persegi di mal milik grup Djarum itu. "Kami dibebaskan dari biaya sewa HN oleh pengelola mal," jelas dia.
Menurut sumber KONTAN, pembangunan gerai HN tahun 2008 menghabiskan biaya sekitar Rp 110 miliar. Namun, biaya itu ditanggung fifty-fifty oleh MAPI dan pengelola GI. "Lantaran pengunjung GI tak sesuai target yang disepakati antara MAPI dan Djarum, biaya sewa Harvey lantas dibebaskan," kata si sumber.
Fetty menuturkan, setelah penutupan HN, MAPI tidak akan lagi bermain di pasar supereksklusif. "Kami akan fokus ke segmen menengah atas," tuturnya. Saat ini, MAPI memiliki 11 gerai Sogo, dua gerai Dabenhams, tiga gerai Java Department Store dan satu gerai Seibu.
Hingga akhir kuartal III, MAPI meraup penjualan Rp 3,39 triliun, naik 12% dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 3,02 triliun. Dari pendapatan itu, kontribusi bisnis department store mencapai Rp 916,11 miliar atau 27% dari total pendapatan MAPI. Tapi, laba bersih MAPI turun dari Rp 166,30 miliar jadi Rp 148,27 miliar akibat penurunan laba kurs.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News